Agar konsep arisan buku antar perpustakaan ini bisa berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kalau dalam arisan konvensional setiap peserta menyetorkan sejumlah uang, maka dalam arisan buku ini setiap peserta arisan menyetorkan sejumlah buku baru yang dibeli sendiri. Hal ini untuk mencegah terjadinya fitnah.Â
Mengingat sejumlah uang yang dikumpulkan rawan mengundang fitnah. Mengapa ? Karena dalam pembelian buku dikenal istilah diskon. Kalau setiap peserta membeli buku sendiri tentu akan  mampu menihilkan prasangka buruk.
Kedua,harus ada komitmen bahwa setiap perpustakaan peserta arisan akan menyetorkan sejumlah buku dengan standar yang telah ditentukan bersama dan dengan judul buku yang saling berbeda. Perbedaan judul buku ini sangat penting agar bisa dimanfaatkan untuk kerjasama tukar-menukar koleksi antara perpustakaan satu dengan yang lain.Â
Semakin tinggi tingkat perbedaan akan semakin baik kualitas kerjasama tukar-menukar koleksi. Dengan kerjasama ini diharapkan perpustakaan akan selalu memberikan dan menghidangkan sesuatu yang baru kepada pengunjung/pemustaka.
Ketiga, setiap perpustakaan peserta arisan buku harus memiliki niat yang tulus bahwa arisan buku merupakan sebuah sarana untuk membudayakan membaca. Untuk itu pemenang arisan buku ditetapkan berdasarkan skala prioritas dalam satu kerangka besar yaitu yang paling berpeluang untuk meledakkan budaya membaca.Â
Perlu pula untuk dilihat, peserta mana yang harus didahulukan untuk memperoleh arisan buku dalam rangka melahirkan perpustakaan baru.
Arisan buku merupakan sebuah jembatan perjuangan untuk menghubungkan budaya tuna buku dengan budaya  gemar buku. Peradaban tuna buku tak mungkin dipaksa langsung untuk melompat ke peradaban gemar buku. Perlu jembatan penghubung agar proses revolusi peradaban ini berjalan tanpa rasa sakit dan terpaksa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H