Mohon tunggu...
Romi Febriyanto Saputro
Romi Febriyanto Saputro Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sebagai Pustakawan Ahli Madya. Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008. Email : romifebri@gmail.com. Blog : www.romifebri.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Spiritualitas Hemat Energi

11 Maret 2018   11:50 Diperbarui: 11 Maret 2018   12:03 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerdas dalam hemat energi adalah membiasakan peserta didik untuk melakukan praktik hemat energi. Mematikan lampu-lampu di sekolah ketika tidak dipakai. Melepas charge komputer atau laptop  dari colokan di laboratorium sekolah ketika selesai praktik. Mematikan lampu kamar mandi ketika selesai menunaikan hajad.  Menggunakan pendingin ruangan seperlunya saja.

Kebiasaan hemat listrik ini jika bisa ditularkan di lingkungan keluarga dan tempat tinggal tentu akan menjadi daya ungkit yang cukup besar untuk menghemat penggunaan BBM pembangkit listrik sekaligus menghemat rupiah.

Ketiga, instansi pemerintah. Khalifah Umar Bin Abdul Aziz,  yang dikenal memiliki jiwa spiritualitas yang tinggi merupakan teladan yang baik bagi para aparatur pemerintah dalam menghemat energi listrik. Ketika putranya menghadap ke ruang kerjanya di istana, beliau langsung mematikan lampu penerangan. Karena hal ini merupakan urusan keluarga bukan urusan negara. Lalu beliau mengambil lampu milik keluarga untuk menerangi pembicaraan antara ayah dan anak.

Sang Khalifah sangat berhati-hati dalam menggunakan dan menghemat aset negara. Hal ini antara lain dilakukan dengan menggunakan lampu milik negara untuk kepentingan tugas negara. Lampu untuk kepentingan negara ini pun tidak boleh boros dalam penggunaannya. Terbukti beliau hanya menggunakan satu lampu untuk menemaninya bekerja hingga larut malam.

Hal ini bertolak belakang dengan kebanyakan instansi pemerintah di tanah air. Betapa banyak gedung instansi pemerintah yang dibangun tanpa mempedulikan perencanaan untuk hemat listrik. Komputer dibiarkan dalam posisi power on meskipun tidak dipakai. Lampu dan pendingin ruangan lupa dimatikan meskipun tak dipakai. Printer, Mesin fax dan pesawat telpon juga masih belum dilepas dari sumber listrik meskipun kantor sudah tutup.

Tischler (2002) mengatakan bahwa spiritualitas mirip atau dengan suatu cara, berhubungan dengan emosi atau perilaku dan sikap tertentu dari seorang individu. Menjadi seorang yang spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi, dan penuh kasih.

Untuk membentuk perilaku hemat energi perlu kerjasama yang harmonis antara institusi keagamaan, pendidikan, dan aparatur pemerintah yang dilandasi semangat keterbukaan, memberi teladan dan penuh kasih untuk merawat bumi. Spriritualitas adalah energi penggerak untuk mewujudkan hemat energi secara total.  Sehingga kita memiliki cadangan energi yang cukup besar untuk membangun negeri ini.

Tulisan ini pernah tayang di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun