Mohon tunggu...
Romi Febriyanto Saputro
Romi Febriyanto Saputro Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sebagai Pustakawan Ahli Madya. Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008. Email : romifebri@gmail.com. Blog : www.romifebri.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Membangun Wisata Gunung Kemukus Tanpa Prostitusi

19 Desember 2014   00:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:01 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pariwisata tanpa seks

Mitos sesat dalam membangun wisata Gunung Kemukus saat ini adalah bahwa tanpa prostitusi Wisata Gunung Kemukus akan mati. Padahal, kata peribahasa, “Banyak Jalan Menuju Roma”. Artinya, banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menggapai cita-cita.

Kita harus yakin bahwa Wisata Gunung Kemukus bisa dibangunkan kembali tanpa prostitusi dengan hasil yang jauh lebih baik lagi daripada semula. Pariwisata prostitusi adalah bentuk pariwisata instan yang ingin segera mendapatkan hasil besar tanpa usaha besar sekaligus dengan menimbulkan dampak sosial yang lebih besar. Revolusi mental harus diterapkan untuk membangun kembali Wisata Gunung Kemukus dengan lebih beradab.

Dakwahmodel Walisanga sangat tepat untuk melakukan install ulang peradaban di Gunung Kemukus ini. Pendekatan kepada masyarakat yang sangat halus namun mampumelahirkan tekat kuat untuk memperbaiki diri.

[caption id="attachment_383729" align="aligncenter" width="300" caption="Tata cara ziarah di Makam Pangeran Samudra."]

1418895999946648221
1418895999946648221
[/caption]

Dr. Th. G.Th Pigeaud dalam Javaanshe Volksvertoningen (1938), sebagaimana dikutip Agus Sunyoto (2012) dalam buku yang berjudul Atlas Walisanga, mengemukakan bahwa wayang kulit purwa yang dikenal sekarang ini adalah produk yang dihasilkan oleh wali-wali penyebar Islam. Menurut Soekmono (1959) yang menjadi dasar dan pokok kebudayaan Indonesia zaman madya adalah kebudayaan purba (Indonesia asli), tetapi telah diislamkan.

Bukti asimilasi lain dalam usaha mengislamkan budaya Hindu adalah mengubah dan sekaligus menyesuaikan epos Ramayana dan Mahabharata yang sangat digemari masyarakat dewasa itu dengan ajaran Islam. Dalam proses tersebut terjadi “de-dewanisasi” menuju “humanisasi” demi tumbuhnya tauhid.

Tokoh Drupadi yang dalam tayangan salah satu TV swasta di layar kacaadalah perempuan yang menganut paham poliandri dengan Pandawa Lima. Dalam pewayangan Indonesia hal ini diubah dengan menjadikan Drupadi istri Yudhistira, Raja Amarta yang dikarunia anak bernama Pancawala.

Tokoh Shikkandin, seorang waria yang mengalami “pergantian kelamin” dengan seorang raksasa bernama Sthuna, digambarkan dalam pakem pewayangan sebagai seorang perempuan sempurnadengan nama Srikandhi. Tokoh Srikandhi ini, dikisahkan sebagai istri Arjuna.

Tokoh Bhima yang kejam dan haus darah yang dikenal dengan nama Wrekhodara (Sansekerta : srigala), digambarkan sebagai tokoh yang jujur dan memperoleh pencerahan rohani setelah bertemu Dewaruci.

Tokoh Hanuman, dalam epos Ramayana, digambarkan dalam pakem pewayangan sebagai putra dari pertapa perempuan bernama Anjani dengan Bhattara Bayu. Padahal, dalam kisah Ramayana yang asli, Anjani adalah istri Raja Kesari yang mandul. Anjani kemudian bergaul dengan pengelana yang dikenal bernama Bayu, Dewa Angin, sehingga lahir Hanuman yang kelak disebut dengan nama Bayuputra.

[caption id="attachment_383733" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan di sekitar dermaga penyeberangan."]

1418896314864377854
1418896314864377854
[/caption]

Revolusi mental model Walisanga ini saat itu terbukti mampu mengubah paradigma masyarakat Indonesia sehingga bisa menerima Islam dengan damai. Ormas Islam dengan koordinasi Kementerian Agama diharapkan juga aktif untuk berdakwah di lingkungan Gunung Kemukus. Menguatkan tekad untuk membangun wisata tanpa seks. Dakwah di Gunung Kemukus tentu merupakan tantangan yang menarik bagi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sragen.

Citra wisata seks di Gunung Kemukus ini dapat diubah dengan membangun model kepariwisataan yang diselenggarakan dengan prinsip:

1.

1 Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan.

2 Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;

3.Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas.

4. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.

5. Memberdayakan masyarakat setempat;

6.Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan.

7.Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata.

Wajah baru Gunung Kemukus bisa dirancang untuk, pertama, wisata ziarah.Sejak awal Gunung Kemukus adalah wisata ziarah karena di bukit ini ada makam Pangeran Samudra dan Ibunya R.Ay Ontrowulan. Hanya saja dalam pelaksanaannya dikotori oleh praktik perzinaan berkedok religi budaya. Semoga sampai hari kiamat nanti praktik zina di Gunung Kemukus ini tidak terulang lagi. Semoga pula pemerintah konsisten untuk terus menjaga Kemukus dari prostitusi meskipun nanti sudah tidak menjadi berita di luar negeri.

Kedua, wisata budaya. Pertunjukan wayang, dolanan anak tradisional, puisi, teater dan produk budaya lain bisa dihadirkan di bukit wisata ini. Tentu dengan satu pesan, “Bangkitkan Wisata Gunung Kemukus Tanpa Seks !!!!”

Ketiga, wisata edukasi. Gunung Kemukus memiliki panorama alam yang cukup indah terutama ketika debit Waduk Kedungombo sedang tinggi.Keindahan ini merupakan modal awal untuk membangun wisata edukasi perikanan.

Keempat, wisata keluarga. Gunung Kemukus bisa dilengkapi dengan taman bermain anak, sarana outbond, fasilitas memancing, dan lain-lain. Obyek wisata Sondokoro di Tasikmadu, Karanganyar bisa menjadi cermin untuk membangun wisata keluarga di Gunung Kemukus.

Kelima, wisata buku. Perpustakaan Gunung Kemukus dapat menjadi pusat literasi untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Tak hanya itu, Perpustakaan Gunung Kemukus juga bisa membawa manfaat untuk seluruh desa di Kecamatan Sumberlawang dan Miri, kecamatan terdekat dengan Gunung Kemukus.

Wajah baru Gunung Kemukus ini nanti bisa dipromosikan di Indonesia Travel Untuk memberi kabar ke semua sudut planet Bumi bahwa Gunung Kemukus sudah menjadi lebih baik.

[caption id="attachment_383740" align="aligncenter" width="300" caption="Bangkitkan Wisata Gunung Kemukus Tanpa Prostitusi ! Ayo, kita bisa!"]

14188967443439413
14188967443439413
[/caption]

Bapak Presiden RI, Bapak GubernurJawa Tengah, dan Bapak Bupati Sragen tolong dukungideku ini, ya! Terima kasih !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun