Setelah selesai bersuci, Raden Ayu Ontrowulan merenung memohon kepada Tuhan yang Maha Esa agar dapat dipertemukan kembali dengan putra yang sangat dicintainya.
Konon, jasad Raden Ayu Ontrowulan muksa atau hilang dan tidak diketemukan kembali. Karena Raden Ayu Ontrowulan ibunda Pangeran Samudra telah meninggalkan berkah bagi masyarakat sekitar, yaitu tumbuhnya pohon nagasari di kawasan Gunung Kemukus, sendang yang digunakan beliau untuk bersuci diberi nama sesuai dengan namanya, yaitu Sendang Ontrowulan.
Uniknya , pada akhir cerita sang pendongeng menyampaikan pesan terakhir dari Pangeran Samudra yang menurutnya dipahami secara salah oleh banyak orang. Pesan ini adalah,“Barang siapa berhasrat atau punya tujuan untuk kebaikan maka untuk mencapainya harus dengan kesungguhan, mantap, dengan hati yang suci. Harus konsentrasi pada yang dikehendaki, dekatkan keinginan, seakan-akan seperti menuju ke tempat yang disayanginya atau kesenangannya."
“Teman-teman, ketika kita sudah punya tekad kuat untuk melakukan kebaikan maka iringilah dengan kesungguhan, suci hati, semangat yang tinggi,dan rasa senang yang tiada tara, “ ucapnya penuh semangat sambil memberikan salam penutup.
[caption id="attachment_383714" align="aligncenter" width="300" caption="Bagian dalam sendang Ontrowulan, airnya tetap jernih dan tak pernah kering."]
Salah paham terhadap pesan terakhir Pangeran Samudra inilah yang menyebabkan Gunung Kemukus menjadi terkenal di Planet Bumi.Reporter Australia ini sungguh tak habis pikir bahwa di negeri yang mayoritas muslim praktik semacam ini bisa ditoleransi. Praktik doa dan zina dalam satu paket ini sulit ditemui di bagian lain Planet Bumi ini.
Toleransi kita terhadap praktik prostitusi berkedok ziarah ini resmi berakhir setelah diberitakan media luar negeri. Padahal sejak zaman dulu kala media-media dalam negeri sudah lama memberitakan praktik memalukan ini. Tapi, tentu tak ada kata terlambat untuk menghentikan keburukan. Terima kasih Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Sragenyang sudah secara resmi menutup praktik prostitusi di Gunung Kemukus ini.
Penutupan ini memang membawa dampak ekonomi yang tak sedikit bagi warga sekitar yang membuka warung makan dan penginapan. Namun kita juga akan rugi besar jika keuntungan besar dalam kacamata ekonomi ini harus dibayar mahal dengan ancaman degradasi moral di desa pariwisata ini.
[caption id="attachment_383717" align="aligncenter" width="300" caption="Dermaga penyeberangan ketika air surut."]
Praktik prostitusi yang menyatu dengan rumah warga tentu akan menimbulkan dampak negatif terutama untuk remaja dan anak-anak. Praktik prostitusi dengan PSKyang kebanyakan berasal dari luar daerah jika dilihat dalam jangka waktu yang lama tentu akan menimbulkan rasa pemakluman bahwa ini adalah pemandangan biasa saja.
Apa artinya PAD yang besar kalau harus dibayar dengan nilai moral yang terus menurun ? Apa artinya, keuntungan ekonomi dari pariwisata sex kalau nanti generasi muda kita banyak yang tertular HIV ?Dalam Bahasa Jawa disebut “Ora Cucuk !” Istilahini untuk menyebutkan suatu kejadian yang dampak negatifnya jauh lebih besar daripada dampak positifnya.
Seorang guru TK di Desa Pendem yang siswa-siswinya banyak berasal dari kompleks Gunung Kemukus menuturkan sebuah kisah nyata yang sangat menusuk hati nurani.
“Kalau tamu luar kota tarifnya seratus lima puluh …dan dalam kota lima puluh…., “kata seorang anak TK kepada temannya.
Jantung Bu Guru TK yang juga aktivis TBM (Taman Bacaan Masyarakat) ini hampir copot mendengar dialog tadi. Dialog yang dilakukan oleh anak TK dengan amat polos. Dialogsemacam ini tentu merupakan pesan kepada semuapihak yang masih memiliki hati nurani bahwa moral anak-anak ini harus dijaga dan diselamatkan dari model pariwisata yang menganut ideologi seks bebas.
[caption id="attachment_383722" align="aligncenter" width="300" caption="Jalan pintu masuk kampung menuju Sendang Ontrowulan."]