Mohon tunggu...
romeo java
romeo java Mohon Tunggu... -

jalanin aja, nikmatin aja, semua tersedia kok!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Saya Ingin Punya Banyak Istri (Sebuah Keinginan yang Menggebu)

10 Juni 2010   09:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:37 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin punya banyak istri atau istilahnya poligami, itulah yang terbersit di benak saya sejak kuliah dulu. Itu pula yang kadang saya bincangkan dengan teman-teman, tentu dengan suasana santai dan penuh canda. Saya tidak tahu apakah keinginan/pemikiran/cita-cita tersebut terlalu muluk? satu saja blom punya. Pemikiran itu timbul sebagai bagian dari pengaruh lingkungan disekitar saya.  Ini tidak berkaitan dengan agama/keyakinan tapi lebih kepada keinginan pribadi saya saja.

Suatu ketika salah satu organisasi di Kampus mengundang salah seorang yang dicap telah sukses berpoligami, beristri empat pemilik restoran wong solo, dialah Puspo Wardoyo (klo gak salah yah). Diliat dari nama blakang sama dengan Dian Sastro, tentu gak ada hubungan itu cuma kebetulan sepertinya. Pernah juga diadain bedah buku judulnya "menikah dini siapa takut?". Dilain kesempatan dibedah isi buku "indahnya poligami". Karena seringnya acara bedah-bedahan sampe kawan bercanda; saya ingin poligami, klo gak percaya bedahlah dadaku!!!

Saya berpikir bodohlah orang yang tidak mau berpoligami klo sekarang belum mampu minimal punya cita-cita kelak akan berpoligami.  Hemm..indahnya tiap saat bisa berganti-ganti pasangan, banyak variasi dan tentu tidak membosankan (terbayang-bayang). Jujur alasan bahwa jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki sering saya jadikan argumen (dalam hati kecil bilang he.he.. padahal yang saya incar bisa gonta-ganti pasangan setiap saat sesuai mod; ini saya lho bukan orang lain, jangan tersinggung).

Kerja Selepas Kuliah

Semakin kuat keinginan berpoligami setelah saya bekerja untuk pertama kalinya. Di tempat saya bekerja bos-bosnya penganut paham poligami, mereka berapi-api ketika berceramah (dalam meeting informal) mengenai poligami, mereka mendasarkan pada keyakinan agama mereka. Tapi tahukah anda, ternyata selain berpaham poligami mereka juga layak masuk grup NATO alias omdo. Tak satupun dari mereka punya istri lebih dari satu hem.mm tidak bisa dijadikan teladan.Walaupun keinginan itu semakin kuat tapi satupun blom juga terealisasi, wah sepertinya keinginan berpoligami bakalan cuma jadi mimpi dan khayalan belaka.

Menikah dengan Istri Pertama

Akhirnya datang juga momen yang ditunggu-tunggu, setelah skian lama mendambakannya. Dipenghujung usia 25 tahun saya melepas masa lajang, menikahi seorang gadis yang tidak disangka2 dan proses pencariannya juga unik bisa dikasih label "tujuh hari mencari istri" (lain kali mungkin akan saya ceritakan).  Singkat cerita berlangsunglah proses pernikahan kami berdua dengan hikmat di sebuah masjid nan agung. Sejenak saya melupakan segala hal termasuk tentang perpoligamian, saya berbulan madu, indah walaupun tidak di awan biru seperti kata Inka Kristi dan Ami Search.  Hari-hari kami lalui hanya berdua, minggu pertama lancar tanpa hambatan (masih jaim), minggu kedua sedikit penyesuaian sikap dan kebiasaan masing-masing, minggu ketiga terjadi gesekan-gesekan kecil, minggu keempat rekonsiliasi dan kesepakatan-kesepakatan, saling mengerti dan selanjutnya terserah kita (alhamdulilah lancar). yah kurang lebih begitulah fase dalam rumah tangga saya, klo Bapak Quaraisihab bilang ada bulan madu (indah dan manis) dan ada bulan bawang (agak perih dimata sehingga membuat menangis), klo boleh usul mestinya ada satu bulan lagi yaitu bulan terjadi rekonsiliasi, pengertian dan kesepakatan seperti yang saya alami, tapi saya blom punya nama bulanya yang jelas bukan bulan datang yah.

Menikah dengan Istri Kedua?

Tak terasa satu tahun ternyata cuma sebentar, saya mendapatkan karunia seorang anak hasil dari cinta kasih kami berdua dan kehendak-Nya. Suatu ketika saya teringat dengan keinginan saya dulu yaitu berPOLIGAMI, setahun ini kok terlupakan, ada apa? saya coba menganalisa (duduk sendiri, memegang kening sambil berpikir keras).

Ah..saya pikir saya dapat jawabnya. Ternyata saya begitu mencintai istri saya, semakin hari semakin dalam cinta saya, sungguh!, tak terbersit keinginan secuilpun untuk menduakan cintanya dengan perempuan lain, kecuali dengan perempuan yang satu itu putri kami tercinta. Oh..istriku engkau menjaga rumah kita tetap indah, hangat dan nyaman, membuatku tidak betah berlama-lama diluar.  Oh..istriku engkau buat rumah tempat aku kembali untuk menemukan kebahagiaan dan kehangatan.

Kini hampir empat tahun sudah kita bersama,  sudah tiga orang anak dianugrahkan atas buah kasih cinta kita. Saya masih tetap cinta dan makin cinta, selamat tinggal poligami.

Istriku terima kasih, engkau Khatijah-ku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun