Mohon tunggu...
Romensy Augustino
Romensy Augustino Mohon Tunggu... Jurnalis - bermanfaat

sekadar cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ke Mana Kami Bermuara

1 Mei 2018   06:49 Diperbarui: 2 Mei 2018   18:01 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Etnomusikologi mungkin menjadi sebuah istilah "aneh" bagi masyarakat umum. Pengalaman sama sebagai Mahasiswa Etno kami alami ketika menjawab pertanyaan, "kuliah di jurusan apa?". Etnomusikologi harus kami sederhanakan menjadi musik. Istilah ini kami anggap umum dan mudah untuk dipahami, meskipun kedua istilah ini harus diperlakukan secara berbeda.

Sejauh yang saya pahami, etnomusikologi bukanlah musikologi. Disiplin ini digolongkan dalam ranah ilmu humaniora atau ilmu-ilmu yang mempelajari tentang manusia. Musik dianggap memiliki hubungan dekat dengan manusia karena ia  merupakan hasil representasi individu dan kelompok terhadap kejadian atau pengalaman hidupnya.

Musik tidak hanya dilihat sebagai pelepas dahaga dari jiwa yang kesepian atau hanya sebagai pemanis indera pendengaran tetapi lebih dari sekedar itu. Mantle Hood mengajukan definisinya dari usul Masyarakat Musikologi Amerika, tetapi dengan menyisipkan (memasukkan ke dalam tanda kurung) prefiks "etno," yang dalam usulannya menyatakan bahwa "[Etno]musikologi adalah suatu lapangan ilmu pengetahuan, yang mempunyai objek penyelidikan terhadap seni musik, sebagaimana fisika, psikologi, estetika, dan fenomena lebudayaan. [Etno]musikolog adalah seorang ilmuwan-peneliti, dan dia mengarahkan dirinya terutama untuk mencapai pengetahuan terhadap musik (Hood, 1957 dalam www.etnomusikologiusu.com/artikel-etnomusikologi.html akses pada 13 April 2018).

Kompetensi-kompetensi yang diajarakan kepada kami mengikuti pandangan Bruno Nettl di atas sebagai dasar membentuk kurrikullum. Dilansir dari www.fsp.isi-ska.ac.id/jurusan-program-studi/etnomusikologi/ bahwa Sebelum mencapai tingkat kompetensi utama sebagai etnomusikolog, secara berjenjang peserta didik melewati beberapa tahap sub kompetensi atau disebut kompetensi pendukung, antara lain: kompetensi jenjang atas mengarah pada kompetensi jurnalis musik/seni pertunjukan, pengamat musik nusantara, produser karya dokumentasi; kompetensi pendukung jenjang menengah (deskriptor, transkriptor, editor multimedia); serta kompetensi pendukung jenjang dasar (fotografer, audioman, cameraman). Di samping itu, pencapaian kompetensi utama juga memiliki dampak terhadap munculnya kompetensi lain seperti: pamong budaya dan guru kesenian/seni-budaya dan sebagainya (akses pada 15 April 2018).

Obrolan kami siang itu tebesit sebuah harapan sekaligus tantangan agar etnnomusikologi dikenal secara umum "tantangannya sekarang itu megenalkan etnomusikologi ke luar," ujar Bp. Rasita yang merupakan dosen sekaligus Kajur Jurusan Etnomusikologi. Karena memang tidak mudah untuk melakukan ini.

Mungkin kami-kamilah yang akan menjadi harapan untuk mengenalkan apa yang kami pelajari ke dunia luar. Keterlibatan kami dalam berbagai aktivitas luar kampus baik itu di industri, komunitas, atau organisasi-organisasi sosial yang akan menjadi penilaian. Untuk teman-teman, kita tidak harusnya merisaukan kemana kita akan bermuara nanti.

Although some ethnomusicologists regard applied ethnomusicology as a career alternative toacademic work---andindeed, itcanbe---it's not always help  ful to make that distinction, because ethnomusicologists who do applied work are employed both inside academic institutions, such as universities and museums, and outside them in government agencies, non governmental organizations (NGOs), and client  organizations directly. In other words, the place  of employment does not determine whet her the ethnomusicology has any application outside the world of scholarship. What matters is the work it self: how, where, and why the intervention. occurs, and the communities to whom we feel responsible (Titon, 2003; Dirksen, 2012 dalam Pettan&Titton 2015).

Setidaknya peryataan yang tertulis dalam buku Applied Etnhomusicology memberikan kita acuan untuk mengamalkan ilmu yang kita pelajari selama perkuliahan. buat kalian yang memiliki niat masuk Etnomusikologi ISI Surakarta, jangan berharap kalian akan selalu berurusan memainkan alat musik. Karena ranah ini hanya memberikan kalian pemahaman dasar dan tentang bermain musik. Selebihnya kalian akan digenjot dengan teori-teori yang seolah membuat kita dalam keadaan suwung. Tapi kalian tentu akan bangga menjadi bagian dari jurusan terakreditasi A yang mengajarkan musik dalam kebudayaan. Kalian akan lebih mengenal Indonesia dengan keberagamannya, bukan dalam rangka menentukan siapa yang lebih baik, tetapi untuk lebih menghagai setiap kebudayaan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun