Mohon tunggu...
romensy augustino
romensy augustino Mohon Tunggu... Jurnalis - bermanfaat

Mahasiswa Etnomusikologi, suka banget sama Anime Slam Dunk. Sering sarapan Bubur Ayam dan suka sekali makan mie ayam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Geliat Industri Musik Pop

4 Februari 2018   11:31 Diperbarui: 4 Februari 2018   11:37 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Musik populer merupakan fenomena yang kita sadari atau tidak, sudah merupakan kebutuhan. Sebagian besar manusia membutuhkan musik populer untuk mengisi hari -- hari mereka karena menganggap "hidupku sunyi tanpa musik". Membuat industri musik pop semakin kreatif dalam urusan menjual produk. Pemilik rumah produksi musik membuat berbagai macam trik untuk mempopulerkan artis yang bernaung dalam rumah produksi mereka. Contohnya misal Video clip sebuah band atau mungkin single sudah beredar lebih dahulu di media ini sebelum mereka merilis album resmi. Harapannya adalah supaya orang mengenal dulu, kemudian dengan sedikit paksaan mereka akan senantiasa mengapresiasi dengan membeli karya yang label jual.

Youtube merupakan salah satu media sosial yang acap kali digunakan oleh kalangan industri musik promosi. Faktanya jelas bahwa lewat youtube seseorang yang bukan siapa -- siapa dan tanpa kompetensi apa -- apa di dunia musik, mereka mampu menjadi populer dan diidolakan. Ingat kasus Norman Kamaru, Sinta dan Jojo, atau mungkin Udin yang langsung melesat karena video yang mereka unggah menjadi trending. Mereka banyak diundang untuk masuk acara talk show, masuk media cetak, dan bahkan ketika pulang kampung disambut bak pahlawan. Di eluh -- eluhkan banyak orang, poster wajah mereka terpampang di sinetron -- sinetron, iklan -- iklan produk tertentu, dan tentunya semakin deras pundi  - pundi uang mengalir.

Fenomena yang terjadi sekarang musik dangdut mengusai dunia industri pertelevisian, Para biduan -- biduan dangdut lebih sering tampil daripada musisi atau artis pop macam Noah, Nidji, Agnes Mo, Afgan, Rossa, dll. Dangdut yang awalnya dianggap sebagai musik kalangan menengah ke bawah sudah menjadi barang komersil dan dapat menghasilkan banyak keuntungan. 

Pola pikir akibat eksistensi musik dangdut dari zaman ke zaman. Musik dangdut yang selalu berubah mulai dari aransemen musik hingga aksi pemain dalam panggung. Terhitung dari zaman rhoma hingga sekarang, sudah berkali - kali perubahan -- perubahan aransemen musik dan aksi panggung. Tujuannya adalah mempopulerkan musik dangdut, dan akhirnya dangdut sekarang menjadi konsumsi musik yang tidak henti -- henti didengarkan ataupun diperdengarkan, meskipun semakin lama dangdut bermuara dalam keerotisan.

Selera konsumen yang selalu berubah membuat musisi -- musisi pop harus merelakan beberapa waktu untuk tidak sering mondar -- mandir di layar kaca. Karena sekarang adalah giliran Ayu Ting -- Ting, Zaskia Gotik dkk mengisi layar televisi. Tetapi bukan berarti mereka mati atau tidak produktif. Perkembangan tekhnologi khususnya media massa, tolak ukur menentukan popularitas seseorang atau kelompok tidak hanya diukur pada seberapa sering mereka muncul di televisi. Banyak media -- media lain yang bisa dimanfaatkan untuk tetap dikenal.

Bertahan dalam Kepopuleran

Sebuah penelitian menunjukan bahwa musik pop indonesia saat ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu major lebel dan indie label (khadavi, 2014). Munculnya indie label dalam industri musik indonesia menambah warna musik yang ditawarkan kepada masyarakat. Semakin banyak pilihan untuk menikmati jenis musik yang disukai. Berbeda dengan major label yang membuat musik sesuai dengan kebutuhan pasar, indie label menawarkan kebebasan berekspresi dalam bermain musik. 

Beberapa contoh grup band semisal the s.i.g.i.t, sore, dan endah & resa mereka adalah musisi berlebel indie yang mengusung kebebasan berekspresi, tapi masih dalam bingkai musik populer. Dan kehadiran musisi - musisi indie tidak berpengaruh besar terhadap para musisi major label. Mereka masih tetap populer dalam range mereka. Tingkat kepopuleran musisi major label, kalau diibaratkan indonesia, kepopuleran mereka adalah dari Sabang sampai Merauke. 

Industri major label menerapkan empat pandangan dalam pembingkaian terhadap karya yang akan direkam. Musik mayor, membentuk selera konsumen, memenuhi pasar industri, dan bersifat komersial (khadavi, 2014). Keempat faktor di atas besar kemungkinan menentukan besarnya kepopleran musisi -- musisi major label.

Kemajuan dunia tekhnologi digital berpengaruh luar biasa dalam geliat dunia industri musik Indonesia. Kita sepakat bahwa Industri Musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi musik, pertunjukan musik, reproduksi musik, dan distribusi dari rekaman musik (Maulana dan Alamsyah, 2014). Dimana label (penerbit musik) dan musisi (pembuat lagu) karena pengaruh kemajuan dunia digital membuat pola pikir keduannya berubah. Yang pada awalnya industri musik identik dengan kepingan -- kepingan VCD, DVD, atau gulungan kaset pita dan piringan hitam berubah. Meski tidak meninggalkan total cara ini, para penjual-penjual musik sudah sangat jitu membaca perubahan pasar.

Tahun 2004, VCD, DVD dan kaset pita menjadi cara ampuh mendapatkan popularitas di dunia . Terbukti album grup band peterpan terjual sebanyak 2,7 kopi dan menjadikannya salah satu grup band besar di Indonesia. Saat yang sama maraknya pembajakan lagu membuat Aquarius Mahakam bangkrut karena merugi sebesar Rp. 40 juta setiap bulan. Menurut ASIRI, total penjualan dari tahun ke tahun hanya mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012 lalu kembali mengalami penurunan pada tahun 2013, sedangkan penjualan VCD dan Kaset selalu menurun dari tahun ke tahun (maulana dan alamsyah, 2014).  

Menjaga eksistensi adalah suatu keharusan jika ingin bertahan di dunia industri musik pop. Bentuk apresiasi dengan membeli hasil karya dengan resmi sudah tidak dihiraukan oleh kebanyakan orang. Masyarakat cenderung mengambil dengan gratis, baik dari internet ataupun meminta dari sebagian teman. Perlakuan ini jika dilihat dari sudut pandang penjual mereka merugi, tapi dari sudut pandang menjaga kepopuleran ini luar biasa bermanfaat. 

Terbukti ketika mereka mengelar konsernya, mereka sama sekali tidak kekurangan penonton. Masyarakat tetap hadir menonton pertunjukan. Bisa kita lihat dalam acara peringatan hari kebangkitan nasional di waduk pluit jakarta 20/05 kemarin. Seperti yang dikutip dalam portal www.tribunnews.com, konser yang diisi oleh artis-artis ibukota. 

Diantaranya Maia Estianti, Once, dan Erwin Gutawa, mampu menyedot perhatian masyarakat untuk menonoton pertunjukan. Dari kasus ini, terjadi yang namanya hubunga saling menguntungkan. Pemerintah memanfaatkan kepopuleran mereka yang kuat dimasa lalu untuk menarik simpat masyarakat. Sedangkan para artis mendapat manfaat untuk memperhankan popularitas mereka yang mulai pudar.

Manusia akan selalu berinteraksi dengan media massa. Ketergantungan terhadap informasi dan kemajuan tekhnologi tentunya, membuat manusia sekarang lebih sering berinteraksi dengan media dan dibanding berinteraksi langsung dengan manusia. Terlepas dari cara melihat komunikasi massa, tidak dapat disangkal bahwa kita menghabiskan waktu yang sangat besar dalam kehidupan kita untuk berinteraksi dengan media massa (Baran, 2008). Dan membuat media punya peranan vital dalam seluruh aspek kehidupan manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Hal inilah yang dimanfaatkan para pelaku industri musik. Label memanfaatkan media massa sebagai penguhubung informasi ke kalangan luas untuk mempromosikan musisi-musisi yang bernaung di bawahnya. Sedangkan para musisi menfaatkan media massa untuk menjalin kedekatan dengan penggemar agar mendapatkan simpati untuk tetap menjaga kepopuleran mereka. 

Banyak kita temukan media-media yang mampu mendekatkan fans dengan idolanya. Facebook, twitter, instagram, path, dll. merupakan beberapa contoh media komunikasi massa (media social) yang digunakan. Dengan bebas mereka berinteraksi, dari mulai ngobrol masalah penting, nggak penting, atau hanya bersimpati kepada orang untuk menarik simpati. Dan para artis sadar betul akan hal ini, sehingga menjadikannya suatu keharusan.

Perubahan selera khalayak yang selalu berubah akan membuat industri komunikasi massa juga berubah. Industri musik pop yang merupakan salah satu media komunikasi massa juga berubah, mulai dari musik itu sendiri, atau bagaimana cara mengenalkan musik itu sendiri. Dengan hasil akhir adalah keuntungan finansial atau mencari kepopularitasan untuk mengahsilkan uang.

Fenomena internet dewasa ini membuat orang berlomba-lomba untuk menjadi populer. Munculnya social media secara disadari atau tidak disadari membuat orang berpikiran untuk dikenal khalayak luas. Sedangkan para pelaku industri musik pop selain untuk mengenalkan diri atau kelompok mereka, media social akan menjadi salah satu cara untuk melariskan kepingan -- kepingan CD yang mereka jual. 

Dengan sidikit mengaku bahwa kami butuh media sosial untuk membantu kami mendekatkan diri dengan fans. Apapun itu, tetaplah sah apa yang mereka lakukan. Sikap ambivalensi kita--kita mengkritik, tetapi tetap mengonsumsi--sebagian muncul dari ketidakpastian kita akan hubungan antara elemen-elemen komunikasi massa (Baran, 2008).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun