Mohon tunggu...
Taufiq Ahmad Romdoni
Taufiq Ahmad Romdoni Mohon Tunggu... Ilustrator - Pemikir

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Penanggulangan Sampah dari Tingkat Masyarakat

29 Juli 2019   06:15 Diperbarui: 29 Juli 2019   06:33 2814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: artikel.rumah123.com

Kegiatan manusia saat ini terus berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Kegiatan manusia di zaman modern saat ini dicirikan dengan masifnya produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi industri yang semakin meningkat membuat beban limbah yang dihasilkan juga semakin meningkat. 

Salah satu contoh limbah yang paling banyak dihasilkan oleh kegiatan manusia adalah sampah plastik. Sampah plastik saat ini sudah menjadi isu besar di seluruh dunia yang perlu ditanggulangi tak terkecuali di Indonesia. 

Data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun, di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sebagian besar ekosistem laut sudah tercemari sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan manusia.

Sampah plastik dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan terutama ekosistem laut. Plastik merupakan material anorganik yang sulit terdekomposisi secara alami. Penguraian material plastik membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu sekitar 100 tahun. 

Hal ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan material organik yang dapat diurai secara alami dan tidak membutuhkan waktu yang sangat lama. Akibat sulit terurainya bahan plastik di lautan maka sampah plastik akan terus menggenangi suatu perairan. Akibatnya sampah plastik akan mengurangi estetika sumberdaya laut. 

Selanjutnya dampak yang ditimbulkan bagi organisme adalah kematian organisme lautan. Salah satu contohnya adalah kematian penyu, ikan paus dan ikan lainnya yang memakan plastik karena mengira bahwa plastik adalah mangsa mereka. 

Selain itu material plastik yang terbawa dari daratan mengandung bahan toksik yang berbahaya. Apabila bahan toksik tersebut sampai pada ekosistem laut, maka dikhawatirkan akan menyebabkan organisme lautan terpapar bahan toksik.

Permasalahan sampah plastik yang memiliki dampak besar bagi lingkungan pada akhirnya perlu ditanggulangi secara menyeluruh. Upaya yang telah digalakkan saat ini untuk menanggulangi sampah plastik nampaknya belum begitu optimal. 

Data World Economic Forum tahun 2016 menunjukkan bahwa dari seluruh plastik yang dihasilkan, hanya sekitar 2% yang didaur ulang secara efektif, 14% didaur ulang, 14% dibakar, 4% menumpuk di TPA dan 32% mengotori lingkungan. 

Data tersebut menunjukkan bahwa upaya penanggulangan plastik masih menyisakan celah yang membuat sampah plastik masih tetap mencemari lingkungan. 

Sampah yang didaur ulang efektif hanya sekitar 2% pada data tersebut menggambarkan bahwa pengelolaan sampah menjadi solusi yang perlu ditekankan.

Solusi pengelolaan sampah plastik yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki upaya pengelolaan sampah dari tingkat terkecil yaitu masyarakat hingga pada ranah kebijakan pemerintah. Pada tingkat masyarakat, diperlukan edukasi yang masif mengenai pentingnya menjaga lingkungan dari sampah plastik. 

Kemudian pada lingkungan masyarakat perlu dioptimalkan pengelolaan sampah per satu wilayah seperti sampah 1 RT atau RW. Tujuannya adalah untuk meminimalisir masyarakat membuang sampah ke sungai. Solusi ini dinilai sangat efektif mengingat sampah masyarakat tidak tertangani akibat kurang optimalnya pengelolaan sampah di perumahan warga. 

Sekarang bisa kita amati lingkungan sekitar kita, berapa banyak dalam 1 RT atau RW jumlah tempat sampah kolektif yang tersedia? Beberapa daerah mungkin sangat sedikit bahkan tidak ada. 

Setelah itu, ditelaah juga apakah petugas kebersihan mendapatkan kesejahteraan? Saya pikir apabila pemerintah setempat mengalokasikan dana kenaikan upah bagi petugas kebersihan tidak terlalu bermasalah. Hal ini akan membuat upaya pengelolaan sampah menjadi lebih intensif.

Setelah pengelolaan sampah pada tingkat masyarakat, kemudian pengelolaan sampah pada tingkat daerah perlu dioptimalkan dengan menerapkan teknologi daur ulang sampah. Tidak hanya itu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di beberapa daerah belum berjalan optimal. 

Bahkan di beberapa daerah kapasitasnya saja sudah maksimal. Temuan penulis di salah satu TPA di Jawa Tengah, pengolahan IPALnya saja tidak berfungsi. Hal ini menandakan sampah belum ditangani secara serius. Oleh karena itu teknologi pengolahan sampah perlu diterapkan di setiap TPA. 

Sampah yang telah dihasilkan dapat diolah untuk energi, pupuk dan barang bernilai ekonomis. Apakah kita kekurangan insinyur atau ahli pada bidang ini? 

Saya rasa tidak, tinggal kemauan bersama dari seluruh pihak terutama political will dari Pemerintah agar secara serius dan inovatif menerapkan teknologi pengolahan sampah. Akhirnya sampah plastik yang masuk ke ekosistem laut dapat terminimalisir.

Solusi yang telah dijabarkan sebelumnya semoga dapat diupayakan sehingga mengatasi permasalahan sampah saat ini. Sampah plastik yang telah mencemari sebagian besar lingkungan laut dapat ditanggulangi jika ada komitmen dan kesadaran bersama dari seluruh pihak.  

Semoga lingkungan kita dapat kembali pulih dari sampah plastik dan terjadi kelestarian lingkungan bagi manusia dan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun