Mohon tunggu...
Romdonah Kimbar
Romdonah Kimbar Mohon Tunggu... Guru SD -

Guru Sekolah Dasar,CP 081567720095-081377354632 email: romdonah_kimbar@yahoo.com atau romdonahsagita@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cerita Tentang Foto di Cover Aku

26 Oktober 2015   00:23 Diperbarui: 26 Oktober 2015   00:23 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berlama-lama di depan laptop menjadi kegiatan rutin aku sejak aku mengenal benda elektronik ini. Setiap hari menjadi teman baikku, menemani setiap langkah kakiku mengemban kewajiban demi anak-anak penerus masa depan negeri tercinta ini. 

Banyak hal yang dapat aku lakukan bersamamu, laptopku. Dari belajar mengenalmu yang paling sederhana. Membuka, memencet tombol power on-off, menekan tombol alfabet di keybord, merangkai huruf menjadi kata, menyusun kata menjadi kalimat, hingga tersusun persiapan buat belajar bersama anak didikku di sekolah.

Kalau aku ingat awal mulanya aku belajar menulis dengan komputer/laptop, jadi tersenyum geli sendiri. Maklum sudah dimakan usia. Butuh waktu lama sampai akhirnya bisa. Untung saja aku sudah pernah mengenal mesin ketik sebelumnya. Jadi mataku sudah agak paham dengan posisi huruf-huruf di keybord. Dan yang pasti, tak ada kata menyerah sebelum bisa.

Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya kemudian aku dengan laptop juga mengenal dunia internet, dunia maya, dunia penuh segalanya. Rasa ingin tahuku terbayar dengan keberanianku mengklik sana-sini. Termasuk aku bergabung di Kompasiana ini juga karena keberanianku dan ketidaksengajaanku.

Ternyata banyak yang bisa aku dapatkan setelah aku mengenal internet. Banyak pelajaran berharga yang bisa aku peroleh dengan mengakses internet. Walaupun tentunya harus bisa memilah dan memilih. Karena tidak semuanya yang berkaitan dengan internet membawa kebaikan.

Diantara yang membawa manfaat bagi aku adalah karena dari artikel di internet saya, atas kehendak Allah tidak jadi operasi. 

Kira-kira setahun lalu di bulan November, saya periksa ke Puskesmas karena ada benjolan di payudaraku sebelah kanan. Karena kondisi tersebut oleh dokter disarankan untuk diangkat benjolan tersebut. Waktu itu benjolan sebesar biji kacang tanah. Dikhawatirkan benjolan itu adalah tumor/kanker.

Saat itu aku menganggapnya sebagai bisul, karena saya memang sering bisulan. Karenanya saya tidak begitu merisaukannya. Saya minta obat jalan saja dulu, sambil mengatakan saya mau mencoba alternatif lain selain operasi. 

Bukan aku meragukan apa yang disampaikan dokter waktu itu. Saat itu aku merasa yakin dengan pendapat aku bahwa benjolan itu mungkin hanya bisul, karena memang aku sering bisulan. Bahkan aku masih ingat dulu di bulan yang sama yaitu November 2008 saat aku konsultasi dengan dosen pembimbing yang tinggalnya jauh di kota yang berbeda dengan kota tempat tinggalku. Aku harus menemui di rumahnya. Bayangkan saat itu, hujan deras. Kurang lebih jarak 100 km harus kutempuh dengan (mbonceng) motor dalam keadaan bisulan yang hampir meletus ...ha ha ha (duh..sakitnya masih kebayang) 

Pembaca pasti bertanya alternatif apa yang aku ambil untuk mengatasi benjolan itu kan?

Ya. Aku pernah membaca artikel di internet akan manfaat buah jengkol. Yang kalau tidak salah bahwa jengkol mempunyai kekuatan 10.000 kali lebih kuat dibandingkan kemoterapi. Aku putuskan untuk makan jengkol. Walaupun banyak juga yang bilang jangan makan jengkol, apalagi bagi yang punya sakit asam urat. 

Aku hanya punya keyakinan bahwa Allah menciptakan alam semesta ini untuk kebutuhan manusia. Dan aku berharap, walaupun aku nggak suka dengan baunya, tapi aku suka dengan kasiatnya. Akupun membeli 1 kg jengkol. Niat awalnya mau saya masak semur. Tetapi nggak jadi. Dengan niat bismillahirrahmanirrahim aku sertakan jengkol di menu makanku sebagai lalapan. Mudah-mudahan manfaat yang disebutkan dalam artikel tentang jengkol itu benar adanya. 

Alhamdulillah, operasi itu tak pernah ada. Benjolan di payudaraku hilang perlahan-lahan. Tak bersisa sama sekali. Benjolan merah yang terasa sakit itu alhamdulillah sudah tidak ada. Aku tidak tahu persisnya karena apa . Aku hanya minta kesembuhan dari sakit yang aku rasakan. Aku yakin doakku dikabulkan Allah. 

Kok ceritanya lain dengan judulnya ya...

Foto di cover kompasiana milik aku itu ada sejarahnya lho...

Foto cover itu adalah tanaman liar yang sering aku temukan di sepanjang tepi jalan di depan rumahku. Menurut  Mbak Sal, pemilik warung tempat aku sering beli sayurnya ( saat malas masak) nama tanaman itu CUNDUK MATA. Bunnganya putih seperti bunga melati. Sebenarnya sudah sejak lama melihat tanaman itu, tetapi tidak tahu namanya. Apalagi manfaatnya. Ku pikir ya, tanaman liar dengan bunga yang indah, menghiasi tepian jalan. itu saja. 

Tetapi setelah membaca artikel tentang tanaman itu dari internet, aku sering memanfaatkannya untuk terapi mata. Gangguan mata karena kelamaan menatap monitor laptop kadang membuat pandangan kabur. Penglihatan menjadi tidak jelas. Dengan memetik 2-3 kuntum bunganya, aku masukkan ke dalam setengah gelas air putih. Air tersebut aku teteskan ke kedua mataku. Sangat perih mamang. Tetapi penglihatan jadi normal kembali. Gangguanpun teratasi. Subhanallah. Sangat sederhana. Allah telah menyiapkan obat untuk sakit hambanya. Mudah-mudahan ada obat yang mudah ditemukan di sekitar kita untuk sakit penyakit yang lainnya. 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun