Sebenarnya, semenjak 1965, intelijen negara diterjunkan menelusur gerak lanjut, membaca jejak para aktivis tersebut. Namun, kepiawaian mereka dalam berkamuflase cukup mumpuni, sehingga tim intelijen kepayahan, belum bisa meraba dimana keberadaan mereka.Â
Hingga di pertengahan 1967, endusan mereka mencium berita bahwa di Jawa Timur telah dibentuk tujuh proyek PKI. Menindak lanjuti kabar tersebut, penyelidikan kian diintesifkan. Sayang, keberadaan proyek masih gelap.
Saat bersamaan, situasi keamanan yang rawan menjadi perhatian tim intel. Tindak kejahatan yang marak di wilayah selatan(Blitar, Tulungagung, Malang) menarik perhatian aparat.Â
Sebenarnya, tindak kejahatan seperti perampokan, adalah hal biasa. Karena sejak pemerintahan kolonial Belanda, wilayah itu sudah terkenal sebagai gudangnya bromocorah. Nama Karso Brondol satu diantara bromocorah yang paling ditakuti. Sepak terjangnya membuat jeri siapapun.
Berhubung kian maraknya tindak kejahatan, tim intel bergerak lebih masif. Daerah perbatasan Blitar-Tulungagung dijelajahi. Daya gerak mereka membuahkan hasil dengan menangkap seorang bandit bernama Kusno alias Yudo. Tim Kodam VIII Brawijaya dan tim intel Kodim Kediri memeriksa ketat, sampai meluncurlah pengakuan dari mulutnya bahwa ada organisasi yang bernama PGRS(pasukan gerilya rakyat surabaya).Â
Organisasi ini mempunyai benang merah dengan perampokan-perampokan sampai pengacauan yang selama ini terjadi. Menurut keterangan Kusno, pemimpinnya adalah perwira ABRI dengan anak buah pengikut mbah Soero dan orang-orang dari golongan PNI-ASU(Ali-Surachmat).
Keterangan Koesno menjadi pijakan untuk pengusutan yang lebih terarah. Berbekal dari informasi tersebut dalam waktu singkat hasil tangkapan mampu membongkar PGRS-PGRS diberbagai tempat.Â
Tokoh-tokohnya ditekan sampai tim mendapatkan keterangan penting seperti bentuk-bentuk/istilah organisasi mereka: Bagor(bagian organisasi), Perjuta(perjuangan bersenjata), Bagitprop(bagian agitasi dan propaganda), Kompro(komite proyek), Triko(trio kota), PP(pembangunan partai), Germas(gerakan massa), KKM(kerja di kalangan musuh), Sabcom(sabotase combat).
Istilah lainnya yaitu CC(Comite Central-daerah tingkat pusat), CDB(Comite Daerah Besar-daerah tingkat propinsi), CS(Comite Seksi- daerah tingkat kabupaten/kota), CSS(Comite Sub Seksi-daerah tingkat kecamatan), CRB(Comite Resort Besar-daerah tingkat kalurahan), CR(Comite Resort-daerah tingkat padukuhan).
Dapat diketahui pula, bahwa di Jawa Timur terdapat Kompro Raung Argopuro, Semeru Selatan, Malang Selatan, Blitar Selatan, KKA(Kelud Kawi Arjuna), Lawu, Benjeng dan gunung Kendeng. Sedangkan di seluruh Indonesia  terdapat tujuh Triko: Jakarta, Bandung,Semarang, Jogja, Solo, Malang dan Surabaya.