Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kumbokarnan

1 Maret 2022   23:48 Diperbarui: 2 Maret 2022   00:04 4431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana resepsi pernikahan (Dokumen pribadi)

Persiapan sebuah hajatan pernikahan adalah vital. Prosesnya diawali dengan mengumpulkan orang-orang yang diharapkan mau menjadi bagian dari panitia acara. Pembentukan panitia resepsi pernikahan dalam istilah masyarakat Jawa tengah dan Jawa Timur-trah Mataraman disebut Kumbokarnan. Kenapa disebut Kumbokarnan? Tubuh tokoh raksasa di dunia pewayangan dipinjam sebagai istilah kalau panitia resepsi membutuhkan banyak orang serta biaya tidak sedikit. Itu umumnya. Ada juga yang mengklaim biayanya sedikit. Tapi walau sedikit tetap juga biaya. Bahkan dari yang saya ketahui serta alami budget bisa membengkak ketika proses berjalan. Itulah kenapa nama adik dari Rahwana dipakai istilah pembentukan panitia hajatan. Karena Kumbokarno itu kalau marah akan tiwikrama merubah tubuhnya membengkak mengerikan.

Jeroan Kumbokarnan menyesuaikan lingkungan pergaulan(rumah, sosial, jabatan). Bila seseorang punya pangkat derajat atau dari kalangan the have (kaya), orang-orang yang dimasukkan dalam kepanitiaan ya tidak kaleng-kaleng. Biasanya kolega paling dekat. Bisa seorang dosen, guru besar, saudagar sukses, kepala dinas, dan seterusnya. Namun ada juga yang lebih srek dengan tetangga sekitar. Tidak butuh orang-orang dengan jabatan dan gelar bejibun. Sebenarnya ini hanya masalah prestise atau citra.

Menurut penuturan kawan saya, seorang warga didaerah Plumbon-Sukoharjo mengundang seluruh warga kampungnya dari ujung timur hingga barat, dilibatkan dalam  Kumbokarnan. Uniknya dalam beberapa jam clear. Acara dimulai bakda Isya' selesai jam dua belas malam. Warga yang mendapat tugas sudah mengerti apa yang akan jadi tanggungjawabnya. Saya yakin kalau mereka sudah terbiasa didapuk.

Tapi ada juga yang butuh beberapa kali pertemuan sampai dianggap fix. Saya mengalami beberapa kali. Ketiban sampur jadi penyebar undangan juga serabutan alias siap sedia ketika hari H. Buku pratelan para paraga ingkang kepareng hambiyantu pawiwahan beberapa kali dikoreksi. Terutama nama, gelar dan sebagainya. Nama dan gelar perlu digarisbawahi karena pernah ada kejadian, bagian menyebarkan undangan dibuat mangkel gara-gara salah ejaan. Namanya Drs.H.Suhardjo Msc. Hanya ditulis bapak Suharjo.

"Undangan ora tak tompo sik. Jenengku dudu ngene aksarane. Balio. Karo ojo lali gelarku ditulis sing bener"(undangan tidak saya terima dulu. Namaku bukan begini hurufnya. Kembalilah. Sama jangan lupa gelarku ditulis yang benar)

Ketemu kaum konservatif bin kolot harus sabar. Padahal sudah ada tulisan tambahan: Mohon maaf jika sekiranya penulisan nama, alamat serta gelar ada kesalahan. Kejadian begini memang tidak banyak sih.

(Dokumen pribadi-dari group WA)
(Dokumen pribadi-dari group WA)

Di group Whatsapp, seorang teman sebar foto sepiring lontong opor diatasnya ditaruh uang lipatan seratus ribu dibungkus plastik. Dia menulis,"Lagi Kumbokarnan". Ada teman group yang skeptis, "Hoaks".

"Tenan yo"

"Mosok dikekke duitte barang?"(masa' dikasih uang segala)

"Sing nduwe gawe juragan. Iki mantu pertama baginya. Anak e wedok dadi manten"( yang punya hajat juragan. Ini  mantu pertama baginya. Anaknya perempuan jadi pengantin)

Apapun motifnya, menurut saya tidak elok memberi uang dengan cara begitu. Kan bisa dikasih amplop. Tapi namanya sifat manusia, lagak itu beragam. Mungkin ini cara dia mengungkapkan rasa gembira dan syukurnya atau pamer kalau dia orang kaya yang murah hati. Sekali lagi, hanya dugaan.

Memang ada, disetiap Kumbokarnan pihak tuan rumah memberi bingkisan bagi yang jadi panitia. Seperti kain dengan motif seragam disertai uang jahitan(biasanya bagi ibu-ibu). Buat nom-noman(kawula muda) dikasih baju batik, jadi tinggal pakai.

Kadang saya berandai-andai, bila nanti Elon Musk mantu, apakah dia ngasih mobil Tesla buat para panitianya? Atau pembaca pernah dengar ada yang dapat transferan 100 juta? HP terbaru, mungkin?

Pengamatan dilapangan, beberapa panitia kadang tidak mengerti tugasnya. Yang paling saya soroti bagian among tamu. Didalam aturan pawiwahan, among tamu dibagi tiga posisi: dekat panggung manten, tengah, dan dipintu gerbang. Berdiri berjejer menyambut kedatangan para undangan. Menyalami dan mempersilahkan masuk. Tapi apakah hanya itu saja. Kalau memahami arti among tamu harusnya dia wajib ngemong(menemani, menunjukkan, memandu) tamu. 

Seorang among tamu wajib mencarikan tempat duduk yang masih kosong buat tamu jika  telat datang. Among tamu juga harus meminta sinoman atau pramusaji untuk menyajikan hidangan. Misal, si tamu datang pas hidangan sup matahari keluar, nah, dua hidangan pembuka harus ikut dihidangkan: segelas teh panas dan snak. 

Sajian makanan dalam resepsi di Soloraya umumnya lima macam, contoh: segelas teh panas, snak, sup, nasi racikan dan es puter. Perlu dicatat, resepsi di Soloraya, sejak saya belum tetak(sunat) kebanyakan sudah model piring terbang. Istilah ini muncul dikalangan sinoman setelah merebaknya bisnis katering. Dulu sebutannya, diladekke(dari kata laden-melayani) Yaitu, tamu duduk rapi, hidangan akan mendatangi ketika tiba waktunya. Jarang banget prasmanan.

Bila acara diadakan dirumah, butuh banyak lagi orang untuk ditempatkan dalam Kumbokarnan. Siapa yang diserahi mengurus kajang/tarub, kursi meja, lampu penerangan, tempat parkir, sewa diesel, sound system, keamanan,  tempat buat ijab/paningset, dekorasi. Kalau ada hiburan musik organ tunggal, juga perlu diperhatikan. Yang diserahi tugas harus betul-betul mengetahui rekam jejaknya. Cari yang benar piawai, baik pemain atau biduannya. Pastikan mereka ahli. Jangan ketika datang suara penyanyinya sember(ini pernah terjadi). Dan, lagu harus sesuai kondisi karena momentumnya hari bahagia. Jangan lagu selingkuh, bojo loro dan sejenisnya.

Nah, entah karena pertimbangan apa, saya melihat beberapa orang menggunakan WO(wedding organizer) untuk menyukseskan hajatannya.

Personilnya dominan muda-muda, sigap, tahu tugas. Tamu akan dibimbing, ditunjukkan dimana tempat kosong sampai benar-benar pantatnya menempel di kursi. Dibagian depan, sumbangan dicatat sebagai bukti, dijaga hingga selesai.

Saya pernah menerima curhatan seorang mbak yang jadi bagian WO.

"Mas, ternyata mengatur tamu kalangan berduit kadang makan hati", katanya. Dia dikatain 'dasar miskin' hanya karena menyuruh si tamu duduk dibelakang. Karena kursi depan semua penuh.

"Ya sabar saja, mbak". Ada oknum tamu seenak udelnya. Demi dapat satu kalangan dengan kelompoknya, tatanan kursi diubah. Mengambil satu dua kursi diletakkan menghalang. Jelas saja akan mengangggu mobilitas tamu lain atau pramusaji. Kalau dibilangan malah njawab, "Udah nggak apa-apa. Gini saja". Dia merasa tamu adalah raja. Tapi menurut saya, dia raja lalim.

Kemunculan mereka bukan ancaman buat Kumbokarnan. Sebab, masyarakat umum, terkhusus pedesaan, Kumbokarnan mutlak jadi andalan. WO belum menembus pemikiran mereka. Budaya guyub rukun masih dijunjung tinggi. Jadi selama langit belum runtuh dan hajatan masih terus ada, Kumbokarnan akan tetap berdiri tegak, mengawal supaya perhelatan berlangsung lancar tanpa kurang suatu apa.

(Dokumen pribadi-dari Group WA)
(Dokumen pribadi-dari Group WA)
Beberapa hari setelah resepsi selesai. Biasanya, ada acara pembubaran Kumbokarnan. Tuan rumah akan mengucapkan terimakasih atas bantuan yang diberikan dengan memberikan terteran berupa jenang sumsum. Kenapa jenang sumsum? Menurut para leluhur, ada filosofi dibalik kudapan dari tepung beras ini. Bubur berwarna putih memiliki makna kebersihan hati serta pikiran membuat tubuh kembali segar. Sedangkan rasa manis dari juruh(cairan dari gula Jawa) menyimbolkan manisnya hidup, kebahagiaan, kesejahteraan serta rasa terima kasih.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun