Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Para Pengantar Jenazah

9 Juni 2019   14:42 Diperbarui: 9 Juni 2019   14:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterkejutan menyergap penanak nasi, pengrajin topeng, pembuat tahu goreng. Selembar lelayu menyembunyikan ketajaman pemilik gelar. Atau juga keturunannya yang mengenggam tahta kejayaan. 

Berbondong-bondong menyatroni sumber ketajaman karena hubungan perkawanan dengan lingkar pekerjaan. Semua menampilkan tanda belasungkawa.  Basah air mata membanjiri kawasan para prajurit.
Kenapa raja atau permaisuri tidak datang? Bungkusanmu tidak bermoral. Payah!

Seremonialpun digelar.
Hempasan salju telah diganti tajamnya matahari. Liukan angin timur terhalang para pelayat.  

Bergeraklah para pengantar. Abaikan raja yang hilang disudut pematang. Dia tidak niat. Hatinya sedang jahat?

Kamboja bersemayam dipinggiran. Menunggu jenazah dari tanggul lidah sapi. Dia bukan raja, tapi ketulusannya mendapat nilai tertinggi. Bahkan nenek berliur menyempatkan mengiringi karena jenazah bagian dari tubuhnya.

Penggali kubur menatap nanar, "Kami sudah terbiasa. Kami sudah terbiasa..."
Rumput memberi salam hening. Tidak perlu benggol sebagai upah. Jenazah adalah nasehat ampuh baginya. Nilainya setinggi langit seberat gunung. Tiupan angin timur tak alpa mengiringi. Inilah keikhlasan.

Penggali kubur masih teriakkan, "Kami sudah terbiasa". Pengantar jenazah memberi doa. Ujung siang masih jauh, azan pun belum bernada.
Serpihan tanah terakhir ditaburkan bersama bunga-bunga. Tanah menggunduk tetabuhan doa dan lara.

Daksinoloyo, 9 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun