Suasana sepi ditengah perbukitan jati. Saya melongok. Dua gazebo berdiri diseberang embung. Didirikan untuk istirahat bagi pengunjung. Tapi, apakah ada yang mau beristirahat disini, sedang tak jauh darinya gundukan sampah yang dibakar serta menimbulkan bau menyengat menjadi hal buruk bagi kawasan itu. Sampah memang menjadi masalah bagi kehidupan manusia. Tapi bukankah manusianya yang bikin masalah? Mau enaknya sendiri.
Kembali menuju museum Karst. Ada sebuah tulisan, 'Pintu Masuk Museum Lewat Pintu Belakang". Kenapa harus lewat pintu belakang?
Sebuah pita sejenis garis polisi terikat memanjang didepan pintu depan museum. Sekelompok gelombang kecil pengunjung mengalami nasib seperti saya diawal datang. Celingak-celinguk, mana pintu belakangnya?
Karena saya sudah dapat info dari salah satu petugas yang juga penduduk disekitaran museum, maka ketika satu dari mereka bertanya, inilah infonya:
Jam buka museum karst pukul 08.30 s/d 15.30 wib. Bisa dikunjungi dari Senin sampai sabtu. Dengan catatan, hari Jum'at serta tanggal  merah tutup alias libur. Jadi hari ini, 22 Agustus 2018 bertepatan dengan hari raya Idul Adha dipastikan saya dan beberapa rombongan kecil itu terima nasib, gagal masuk museum. Mohon dimengerti. Yah, apes deh.
Kalau sudah begini, apakah kita akan melakukan pembiaran terus menerus? Harusnya pihak pengelola menertibkan hal-hal yang mengganggu kenyamanan wisatawan. Jangan sampai cap buruk menempel ketat. Marilah kita rawat dan jaga destinasi wisata sebagai bagian dari kepribadian bangsa.[selesai]
*Catatan kaki:
~Yang betul Kars atau Karst? (pakai huruf 'T' atau tidak? Karena tulisan digerbang masuk berbeda dengan di bangunan museum.