"Bapak Sri Romdhoni?"
"Iya"
"KTP dan SIM aslinya, pak"
cekatan tanpa melupakan senyum ramahnya, "40 ribu, Pak". Selembar 50 ribu saya sodorkan, selembar 10 ribu ia gantikan. Meja selanjutnya saya hadapi. Tes mata, gambar-gambar angka di gerombolan bulatan kecil-kecil berwarna warni. Kemudian mengetahui huruf dalam jarak tertentu. Semua lolos. Selembar KIR SIM ditangan dengan himbauan untuk menuju ke SATPAS (Satuan LaluLintas Polresta Surakarta). Dengan pede dan senyum kemerdekaan motor saya arahkan ke jalan Slamet Riyadi. Disana beberapa motor terparkir rapi. Saatnya menuju medan "tempur". Ketika hendak menuju ke sisi arah kanan. Pak parkirnya mencegah. "Masnya mau ngurus SIM?"
"Iya, pak"
"Pun mboten teng mriku. Gantos panggene" (sudah tidak disitu. Ganti tempat)
"lha wonten pundi, pak?". (lha dimana, pak?)
"Niki masse lurus mentok. Terus kiri, terus kanan. Ambil kiri lagi. Gedung e wonten mriku"
Yah! Ternyata ada pergantian tempat. Ikuti petunjuknya dan saya menemukan gedung berwarna biru modern. Ooaalah...iki to panggone. Maklum, suwe ora neng kene (maklum, lama tidak ke sini).
Sebenarnya kalau saya tidak kepedean dan mau tanya, posisi terbaru gedung pembuatan SIM di jalan Dahlia. Dan itu hanya dibutuhkan sedikit melipir melewati jalan Doktor Moewardi. Karena jalan Dahlia diportal permanen (saat saya disitu), kalian harus lewat halaman gedung pertemuan Bhayangkara. Parkirlah yang rapi. Lanjutkan jalan kaki ke gedung baru.
Menuju palang besi dipintu jaga. "Mas, badhe ngurus SIM"