Yang tahu keberadaannya hanya Aryo Penangsang sendiri, padahal sudah berabad lampau dirinya menyandang gelar almarhum setelah ususnya terburai akibat tusukan tombak Kyai Pleret ketika perang tanding melawan Sutawijaya. Sebenarnya, Setan Koberlah yang menuntaskan hidup putra Raden Kikin (pangeran Sekar).Â
Ketika usus terburai, Aryo Penangsang masih ethes (tegar, kuat). Agar tidak menganggu pergerakannya dalam pertarungan, usus tersebut dikaitkan pada kerisnya. Namun celaka, kekuranghatian membuat ususnya putus ketika Kyai Setan Kober dicabut dari sarungnya. Tamat sudah riwayatnya.
Apalagi keris Kyai Sengkelat, keris berluk tiga belas hasil pijatan Mpu Supa Mandagri keberadaannya sampai sekarang masih simpang siur. Kesimpang siurannya ternyata menjadi komoditas beberapa orang yang mengaku mempunyai Keris Kyai Sengkelat.Â
Mereka mengklaim mendapat wangsit lewat lelaku yang dijalaninya. Dan lebih gendeng meneh Keris Kyai Sengkelat dijual via situs jual beli online. Harganya juga bervariasi, Rp.10 juta hingga tak terbatas. Kemungkinan pastinya itu keris Putran atau tiruan.
Keris Kyai Sengkelat yang Asli dibuat pada masa kerajaan Majapahit ketika di perintah Brawijaya V (raja paripurna). Salah satu santri Sunan Ampel yaitu Mpu Supa Mandagri membuat untuk sang Sunan. Awalnya, Supa diminta sunan Ampel membuatkan sebuah pedang. Bahannya dari Cis, besi runcing untuk menggiring onta. Bahan tersebut diperoleh kanjeng Sunan ketika bermunajad hingga mendapatkan Cis milik Nabi Muhammad saw.
Mpu Supa merasa eman (sayang) jika besi Cis hanya dibuat pedang. Tanpa minta konfirmasi dulu ke kanjeng Sunan Ampel ia mengubahnya menjadi sebuah keris berluk tigabelas dan diberi nama Kyai Sengkelat. Betapa kecewanya Sunan Ampel melihat hasil pijatan santrinya. Maunya pedang malah dibuatin keris. Akhirnya sunan Ampel menyuruh Supa untuk memberikan keris tersebut kepada prabu Brawijaya V. Sang prabu kaget berbalut senang sekaligus terkesima melihat sosok keris itu.Â
Pamornya keluar bersama kedigdayaannya. Oleh prabu Brawijaya V, keris itu menjadi andalan kerajaan Majapahit dan diberi gelar kanjeng Kyai Ageng Puworo. Kedigdayaan keris Kyai Sengkelat, jika ditusukkan pada sebatang pohon akan merontokkan daunnya. Jika dicelupkan di lautan membuat air laut menjadi tawar serta bergolak panas dalam radius 15 tombak. Bagaimana andai tertusuk manusia? Bisa jadi tulang rangka lebur daging mengering.
Menurut cerita orangtua, konon, para empu pembuat keris mempunyai ritual sebelum sebuah logam dibuat piyandel. Didahului Puasa ngrowot, ngebleng, ngalong, mutih, meneng (tidak bicara/membisu), dan ketika proses dimulai hanya menggunakan tangan. Jadi logam tersebut dipijit-pijit layaknya tanah liat, dibentuk sesuai keinginan. Ngedap-ngedapi tenan. Wah, kalau diera sekarang kesaktian itu bisa digunakan membuka bengkel reparasi pelek sepeda motor. Â
Bagi masyarakat Jawa jaman dulu, keris bukan hanya sekedar senjata biasa, keris adalah jati diri juga wibawa seorang laki-laki, selain kuda dan burung perkutut. Para penggemar kelas wahid akan memperlakukan keris bagai belahan jiwa. Dikasih "makan" tiap penanggalan tertentu. Tak heran keris disandingkan dengan kekuatan supranatural.
Dalam perang Diponegoro (1825 M - 1830 M) sebuah perang yang membuat Belanda menguras kas kerajaan (dibuat hampir bangkrut-selain perang Aceh), konon serdadu Belanda bagian persenjataan meriam dibuat pusing tujuh keliling.
"Verdomme!, Opnieuw vastzitten! Wat is dit? minder jij Diponegoro!" (sialan kau! Macet lagi! Apa ini? Kurangajar Diponegoro!)
Lihat Trip Selengkapnya