Keberadaan Google map menyumbang manfaat bagi para pelancong. Walau tak sempurna-karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta-tapi paling tidak aplikasi ini membantu kita mencari keberadaan sebuah titik tujuan-untuk ditindak lanjuti atau disimpan di memori.
Begitulah yang saya alami. Utak-utik peta tersebut mengarahkan saya pada beberapa destinasi wisata. Diantaranya adalah Bendungan Candi Muncar. Dan ternyata lagi, saya pernah jelajah disekitar daerah yang arahnya ke Candi Muncar. Hal itu saya ketahui ketika pada hari Selasa pagi-19 Juni 2018-melakukan pencarian sosok sang bendung.
Kok nggak Polokarto-Sukoharjo? Kan lebih deket serta rute tersebut penuh rerindang pohon serta hamparan sawah ladang, jalannya juga mulus-kalian akan dipandu plang penunjuk arah. Terus ikuti panah ke Jatipuro. Dari sini ambil arah ke Jatipurno. Yap! Biar gelar tersebut tidak tersemat saya lewat rute itu.
Begitulah, sesampai di kantor kecamatan Girimarto, pelankan wahana yang kalian naiki-saya harap kalian tidak naik tank atau odong-odong...wakakakakak...., karena beberapa meter akan kita dapatkan jalan yang mengarah ke Candi Muncar.
Oh iya, Girimarto adalah salah satu kecamatan di kabupaten Wonogiri. Wilayah dengan luas 6.236, 6815 ha itu berbatas dengan Kabupaten Karanganyar disebelah utara(situs Buku Pintar Kabupaten Wonogiri). Jadi hawa-hawa sejuk akan kita dapatkan bila mendekati candi Muncar-wilayah ujung dilereng  gunung Lawu selatan.
Rute mulus turun naik jangan membuat kalian terlena. Tetap waspada.
Omah Tiban Raden Mas Said akan kita lewati disisi sebelah kiri. Ini sebuah situs sejarah.
Bila kita mendekati tujuan, jalannya sudah berganti cor semen. Petunjuk arah ke Candi Muncar tidak besar dan minim. Jadi penglihatan harus distel tinggi, atau kalau nggak tanya penduduk desa. Kepulan debu berhasil dibuat manakali ban motor
mengupas tanah kering yang menutupi beberapa ruas. Rerumputan juga menempatkan dirinya pada jalan di titik tertentu. Suasana desa membaui mengikuti kemana kita melaju.