Kaktus tidak pernah sakit hati tumbuh dikering padang/ Lumut tidak pernah jumawa hidup ditempat mapan/ Manusia seharusnya mampu berseragam jiwa-jiwa tanaman.
"Kalau perlu diberangus!"
"Tapi ada otoritas internasional. Kita tidak bisa meluluhlantakkan secara kasat mata"
"Alaaah..Munir saja bisa kita "kafani", apalagi mereka. Bikin skenario bencana!"
Bila waktu mampu berkata mungkin ia meminta jeda/ Bila kelopak menutup mata bisa jadi itu temporer atau perenial/ Bila manusia tidak melupakan masa ia akan menangguk untung.
"Berapa yang telah kita habiskan hingga meraih tampuk kekuasaan ini?"
"Sekian-sekian milyar, boss"
"Lebihkan sedikit bagian kita. Harus untung! jangan buntung. Rakyat kita goblok-goblok, mereka tidak akan tahu. Negeri masih berlimpah marjan, kekuasaan bagian dari bisnis!"
"Oke, boss'
Langit mendung berkubang nestapa/ Kemangi muda dimulut Rahwana raja/ Digulung liur bacin diantara dua dunia/ Menyedihkan..../ Bukan suratan? Inikah pilihan?/ Sebuah jalan telah mereka masukkan dalam kontrak kehidupan/ Seberapa mahalkah harga sebuah penyesalan?
Kebakaran melanda batang negeri. Gemeretak api merobek pilu rakyat pinggiran. Hitam hangus menangis serak. Suku bayang memandang getir prosesi pembersihan. Semakin riuh jelaga menempel berat.