Alam Indonesia memang luar biasa, terdiri atas laut yang ditaburi gugusan pulau-pulau yang jumlahnya ribuan. Diluar itu Indonesia juga memiliki bentang alam yang indah salah satunya adalah gugusan gunung-gunungnya. Gunung seringkali menjadi tujuan masyarakat untuk dinikmati keindahannya. Namun, apakah kalian tahu jika Indonesia masuk dalam zona Ring of fire?
Ring of fire merupakan wilayah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Ring of fire disebabkan oleh subduksi atau penunjaman lempeng samudera di bawah lempeng benua. Proses ini menciptakan banyak panas dan tekanan yang dapat menyebabkan gempa bumi dan letusan gunung berapi.Â
Terlepas dari risikonya, ring of fire yang membentang di Indonesia menjadi pedang bermata dua. Satu sisi, ring of fire membuat Indonesia rentan terhadap bencana alam. Di sisi lain, fenomena ini menjadikan Indonesia memiliki ragam dan kaya akan sumber daya alam.
Gunung terbagi menjadi dua jenis, yaitu gunung vulkanik (aktif) dan gunung nonvulkanik (tidak aktif). Gunung aktif disebut juga sebagai gunung berapi. Di balik keindahan gunung berapi, terdapat bahaya yang dihasilkan saat gunung mengalami erupsi atau letusan. Saat gunung berapi mulai erupsi, ia mengeluarkan berbagai macam materi yang keluar dari perutnya. Seperti lava, lahar panas, efflata allogen, efflata autogen, dan gas-gas seperti solfatar. Namun, rupanya ada blessing in disguise setelah letusan gunung berapi berlalu, kesuburan tanah kembali meningkat. Jelas ini menguntungkan bagi kehidupan masyarakat di sekitar yang mayoritas adalah petani.
Fenomena mengenai ragam gunung api di Indonesia terekam jelas dalam berbagai koleksi milik Museum Geologi di Kota Bandung. Museum ini awalnya adalah sebuah Laboratorium Geologi dengan nama Geologische Museum. Museum Geologi yang berada di Bandung adalah satu-satunya museum Geologi di Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, gedung dan laboratorium sempat berubah nama lembaga diantaranya Pusat Djawatan Tambang dan Geologi, Djawatan Pertambangan Republik Indonesia, Djawatan Geologi, Pusar Djawatan Geologi, hingga menjadi museum dibawah Kementerian ESDM.Â
Di Museum Geologi, informasi-informasi mengenai alam Indonesia cukup lengkap termasuk pembahasan mengenai gunung-gunung berapi yang pernah meletus. Berikut gunung-gunung yang dibahas di Museum Geologi:
1. Gunung Toba
Danau Toba terletak di Sumatera Utara merupakan sebuah kawah atau daerah yang dihasilkan dari letusan Gunung Api Toba. Konon katanya, letusan Gunung Api Toba adalah letusan gunung terbesar sepanjang sejarah. Akibat dari letusan gunung api tersebut menghasilkan banyak sekali batuan yang beragam sebagai contoh batuan beku. Batuan beku tercipta karena terjadinya magma yang mengalami proses pembekuan baik dari dalam maupun diluar. Batuan beku yaitu batu granit, ciri dari batuan granit ini adalah batu ini berbentuk seperti kristal berwarna putih dan banyak ditemukan di sekitar pesisir pantai.
Gunung Tambora merupakan  gunung api strato atau kerucut aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara barat. Gunung Tambora mengalami erupsi dahsyat pada 9 April 1815, letusannya terdengar hingga jarak sejauh 2.500 km dan abunya menyebar setidaknya sejauh 1300 km. Letusan Gunung Tambora memakan korban sebanyak 92.000 jiwa, 12.000 karena awan panas dari letusan dan 80.000 lainnya akibat dampak letusan gunung yang menyebabkan rusaknya lingkungan sekitar mereka tinggal.
 Abu pekat yang dilontarkan menyebar dan menyelimuti permukaan laut, serta menutupi sinar matahari. Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 adalah salah satu letusan gunung berapi terkuat dalam sejarah, dan produk letusannya didominasi oleh lava potasik, silica tak jenuh, dan batuan piroklastik. Batuan ini berkisar dari basal alkali nepheline-normatif hingga trachyandesite. Jenis batuan spesifik yang dikeluarkan oleh Gunung Tambora diklasifikasikan dalam batuan potasik, lava tak jenuh silica, dan batuan piroklastik. Sampel batuan yang dianalisa adalah batu apung.
Gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda mengalami erupsi pada 27 Agustus 1883. Letusan Krakatau mengakibatkan setidaknya sebanyak 36.000 korban tewas karena hempasan  gelombang (tsunami).. Letusannya terdengar sampai Alice Spring-Australia dan Pulau Rodrigues di dekat Afrika.
Sejarah letusan Krakatau berawal ketika Gunung Krakatau Purba mengalami letusan yang menyebabkan kosongnya dapur magma dan membuat Gunung Krakatau Purba runtuh ke dalam laut. Hal ini diikuti terjadinya tsunami dan pembentukan kaldera Krakatau Purba. Bibir dari kaldera Krakatau Purba membentuk tiga pulau di permukaan laut, yaitu Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang. Di antara ketiga pulau tersebut kemudian muncul gunung api baru, Â yaitu Gunung Perbuwatan.Â
Pada 29 Desember 1927, terlihat adanya aktivitas gunung api bawah laut. Pada 20 Januari 1929, muncul dinding kawah di atas permukaan laut. Gunung api yang muncul tersebut  kemudian dinamakan dengan nama Anak Krakatau. Gunung Krakatau merupakan gunung api strato atau kerucut yang tersusun dari beberapa strata lava padat, tephra, dan abu vulkanik. Lava Gunung Krakatau sendiri terdiri dari dasit dan riolit yang menjelaskan besarnya letusannya. Sehingga, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 mengeluarkan jenis batuan lava riolit. Menariknya, anak Krakatau, pulau baru yang muncul dari dasar laut setelah letusan, tertutup basal meskipun induk letusannya adalah riolit.
4. Gunung Merapi
Gunung Merapi merupakan gunung yang terkenal sangat aktif di daerah Jawa Tengah. Letusan Gunung Merapi membawa material-material yang sangat beragam bentuknya mulai dari lava, abu vulkanik, pasir, dan batuan-batuan. Batuan beku adalah salah satu batuan yang dikeluarkan oleh gunung merapi contoh dari batuan beku ini sendiri adalah batuan apung, batuan ini tercipta karena ada pendinginan dari magma yang bergelembung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H