hari setelah Desember
luka dan nestapa melawan rahsa
melupakan dan mengingat
adalah renjana dalam kenangan
menelan rindu yang bertahta
dan aku meleburnya dalam seulas do'a
sejak senja hingga senja kembali
ragamu menguar
meski senyummu menjelma menjadi rindu yang liar
dan Desember kembali
menebar reruntuhan kenangan
mewangi...
sejenak memoar jiwa
aku terlena
menekuri berapa peluh dan bisikan lembutmu
menjejali pikiranku
Desember hampir penghabisan
membawamu kembali
meniupkan mantra ambigu
masih dengan kerling nakalmu
senyum yang semakin manis
dan tatapan yang selalu mampu kupatahkan
... kau ...
adalah buih kenangan
menguar disetiap aliran darahku
mengapa harus Desember ?
kita dipertemukan kembali ?
kali ini aku tak mampu berucap
lidahku kelu
setelah bibirmu
membisik lirih menyentuh telingaku
"... hay... i miss you ..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H