Setiap tahun kita memperingati Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) setiap 12 Juli. Tahun ini Harkopnas akan dirayakan meski di tengah pandemi yang masih bergairah. Direncanakan di diselenggarakan di Surabaya, Jawa Timur.
Kali ini, Harkopnas mengusung tema pokok modernisasi koperasi. Harapan kuat, dengan menggunakan teknologi untuk mengelola organisasi dan manajemen bisnisnya, akan menjadikan koperasi kian modern, mandiri, besar, kuat, unggul, profesional, dan tetap mengutamakan prinsip nilai koperasi.
Pertanyaannya, mengapa setiap tahun kita perlu merayakan Harkopnas? Memang di Tanah Air, merayakan hari koperasi baru terjadi berkat keputusan Konggres I Koperasi di Tasikmalaya, pada 1947. Namun, jauh sebelum itu, peringatan hari koperasi sudah dicetuskan di level internasional.
Berawal dari Italia
Gagasan hari koperasi sudah dipikirkan sejak 1894 melalui Kongres Liga Koperasi Italia (Jack Shaffer, 1999). Peserta Kongres mengusulkan adanya perayaan Hari Koperasi Tahunan. Pada kesempatan itu, belum diputuskan kapan tanggal memperingati koperasi.
Bak gayung bersambut. Pada 1923 ICA (International Cooperative Alliance) mendeklarasikan Sabtu pertama di bulan Juli sebagai Hari Koperasi Internasional. Belum ada data tentang alasan pemilihan tanggal Harkopnas kita. Namun, bukan kebetulan semata para tokoh koperasi kita menentukan awal Juli sebagai Harkopnas seturut deklarasi ICA tersebut.
Semangat Awal Hari Koperasi
Ada pun semangat dasar hari koperasi yakni, pertama, menjaga konsensus nilai. Peringatan hari koperasi adalah memaknai kembali nilai-nilai koperasi dalam tatanan ekonomi dunia. Lenin pernah tertarik dengan nilai-nilai koperasi. Ia lalu memproklamirkan gerakan koperasi dalam sistem ekonomi Soviet pada Mei 1923. Ia mengakui, koperasi adalah "properti sosialis" yang sejati.
Kedua, menyuburkan independensi. Gagasan Hari Hoperasi lahir ketika netralitas koperasi dalam hubungannya dengan politik sedang terganggu. Dampaknya, Liga Koperasi Italia-yang pertama mengusulkan hari koperasi tahunan itu, akhirnya terpaksa dibubarkan pada 1925. Pemerintah Italia menuduh, koperasi telah terlibat dalam kegiatan anti-nasionalis yang bertujuan untuk menumbangkan rezim. ICA memprotes keras kepada Pemerintah Italia akan pembubaran itu.
Ketiga, menjadi perhatian pasar. Koperasi mulai berekspansi. Bukan lagi koperasi eksklusif. Ia menerima perbedaan dari anggota berbagai kalangan, tidak saja dari kaum pekerja/buruh lagi.
Dengan demikian, ia membuka diri terhadap perubahan. Jika berhadapan dengan pasar, koperasi pun semakin menata organisasinya dan ceruk produk dan pelayanannya. Hal ini memungkinkan koperasi berjalan lebih lentur menantang zaman.
Pesan Harkopnas
Harkopnas perlu dimaknai dalam koridor di atas. Pertama, merawat warisan prinsip nilai koperasi. Kita gagal menerapkan prinsip nilai koperasi dalam tatanan ekonomi kita. Atas nama pertumbuhan ekonomi, pemerintah mendorong masyarakat membelanjakan uangnya. Konsumsi dinaikkan.
Di lain sisi, prinsip koperasi adalah menabung untuk menyiapkan masa depan. Menabung sebagai cadangan bila sewaktu-waktu terjadi masalah keuangan. Menabung sebagai antisipasi risiko likuditas.
Dampaknya, di tengah pandemi ini, masyarakat tetap berjuang keras, bahkan melawan petugas, meski dilakukan pembatasan mobilitas. Sebab, masyarakat tidak punya tabungan lagi untuk bertahan hidup yang lebih lama.
Kedua, koperasi mestinya jauh dari segala kepentingan. Koperasi itu independen. Ia diurus oleh pengurus yang bukan berafiliasi dengan Partai politik tertentu. Kita merindukan koperasi yang benar-benar netral. Ia berdiri di atas semua golongan. Akan sulit peran ketika seorang tokoh Partai A juga menjabat Dewan Koperasi.
Okelah, demi pelancaran komunikasi, diplomasi, dan terjalin kerja sama yang baik. Tetapi keduanya susah berjalan bergandengan tangan. Selalu ada "conflict of interest".
Ketiga, mendorong modernisasi dengan digitalisasi koperasi mesti jauh dari kalkulasi "saya dapat berapa". Ini penting, sebab program yang baik tidak dapat diindahkan hanya karena motivasi yang tidak tulus.
Selamat memaknai pesan Harkopnas kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H