Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Hari Koperasi dan Pesan Harkopnas ke-74

7 Juli 2021   08:52 Diperbarui: 12 Juli 2021   07:12 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com

Pesan Harkopnas

Harkopnas perlu dimaknai dalam koridor di atas. Pertama, merawat warisan prinsip nilai koperasi. Kita gagal menerapkan prinsip nilai koperasi dalam tatanan ekonomi kita. Atas nama pertumbuhan ekonomi, pemerintah mendorong masyarakat membelanjakan uangnya. Konsumsi dinaikkan.

Di lain sisi, prinsip koperasi adalah menabung untuk menyiapkan masa depan. Menabung sebagai cadangan bila sewaktu-waktu terjadi masalah keuangan. Menabung sebagai antisipasi risiko likuditas.

Dampaknya, di tengah pandemi ini, masyarakat tetap berjuang keras, bahkan melawan petugas, meski dilakukan pembatasan mobilitas. Sebab, masyarakat tidak punya tabungan lagi untuk bertahan hidup yang lebih lama.

Kedua, koperasi mestinya jauh dari segala kepentingan. Koperasi itu independen. Ia diurus oleh pengurus yang bukan berafiliasi dengan Partai politik tertentu. Kita merindukan koperasi yang benar-benar netral. Ia berdiri di atas semua golongan. Akan sulit peran ketika seorang tokoh Partai A juga menjabat Dewan Koperasi.

Okelah, demi pelancaran komunikasi, diplomasi, dan terjalin kerja sama yang baik. Tetapi keduanya susah berjalan bergandengan tangan. Selalu ada "conflict of interest".

Ketiga, mendorong modernisasi dengan digitalisasi koperasi mesti jauh dari kalkulasi "saya dapat berapa". Ini penting, sebab program yang baik tidak dapat diindahkan hanya karena motivasi yang tidak tulus.

Selamat memaknai pesan Harkopnas kita!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun