Pesan Harkopnas
Harkopnas perlu dimaknai dalam koridor di atas. Pertama, merawat warisan prinsip nilai koperasi. Kita gagal menerapkan prinsip nilai koperasi dalam tatanan ekonomi kita. Atas nama pertumbuhan ekonomi, pemerintah mendorong masyarakat membelanjakan uangnya. Konsumsi dinaikkan.
Di lain sisi, prinsip koperasi adalah menabung untuk menyiapkan masa depan. Menabung sebagai cadangan bila sewaktu-waktu terjadi masalah keuangan. Menabung sebagai antisipasi risiko likuditas.
Dampaknya, di tengah pandemi ini, masyarakat tetap berjuang keras, bahkan melawan petugas, meski dilakukan pembatasan mobilitas. Sebab, masyarakat tidak punya tabungan lagi untuk bertahan hidup yang lebih lama.
Kedua, koperasi mestinya jauh dari segala kepentingan. Koperasi itu independen. Ia diurus oleh pengurus yang bukan berafiliasi dengan Partai politik tertentu. Kita merindukan koperasi yang benar-benar netral. Ia berdiri di atas semua golongan. Akan sulit peran ketika seorang tokoh Partai A juga menjabat Dewan Koperasi.
Okelah, demi pelancaran komunikasi, diplomasi, dan terjalin kerja sama yang baik. Tetapi keduanya susah berjalan bergandengan tangan. Selalu ada "conflict of interest".
Ketiga, mendorong modernisasi dengan digitalisasi koperasi mesti jauh dari kalkulasi "saya dapat berapa". Ini penting, sebab program yang baik tidak dapat diindahkan hanya karena motivasi yang tidak tulus.
Selamat memaknai pesan Harkopnas kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H