Semakin panjang gading gajah, semakin mahal harganya. Kini berkisar 20-80 juta per batang. Marwah keluarga calon suami terjaga berkat pemberian belis (gading gajah) seukuran "repa". Selain mahal, juga sulit didapat.
Namun, belis dalam bentuk gading gajah hanya berlaku untuk perkawinan sesama mempelai dari Tana Zozo. Bila seorang pria ingin menikahi gadis yang berasal dari wilayah luar, atau sebaliknya, maka menggunakan kesepakatan adat. Umumnya, menggunakan hewan dan uang sebagai belis.
Sebagai alat pembayaran, aset kripto dan gading gajah memiliki kemiripan. Pertama, tidak memiliki penjamin yang jelas. Belum ada yang mengatur nilai aset kripto dan harga sesungguhnya gading gajah. Sama-sama tidak mempunyai lembaga berwenang, seperti bank sentral.
Kedua, berlaku bagi orang tertentu dan wilayah tertentu. Aset kripto berlaku komunitas investor tertentu. Begitu pula gading gajah, hanya berlaku dalam sekop kecil wilayah Tana Zozo.
Ketiga, tergantung permintaan dan penawaran. Nilainya sangat fluktuatif. Belum ada jaminan bahwa harga gading gajah dan aset kripto akan stabil. Hukum supplay and demand berperan sangat besar.
Akhirnya, aset kripto-seperti bitcoin dan gading gajah bukan sebagai alat pembayaran. Keduanya bisa disimpan sebagai aset investasi. Bisa jadi sewaktu-waktu tidak digunakan lagi.
Meskipun, pendiri Microsoft, Bill Gates, dan investor raksasa, Warren Buffett berkali-kali menolak aset kripto sebagai nilai investasi. Menurut Buffett, aset kripto (bitcoin) bukan investasi, bukan aset penghasil nilai, melainkan sebuah permainan yang hampir pasti mendatangkan akhir yang buruk, sebab pasar kripto adalah busa (bubble) belaka.
Maka, sebagaimana saran Bill Gates, berhati-hatilah berinvestasi aset kripto, kecuali jika Anda setajir Elon Musk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H