Kajian Unicef Indonesia bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KOMPAS, 2/3/2021) menunjukkan, sekitar 70 persen anak yang dipantau berpotensi putus se kolah, 30 persen di antaranya berpotensi tinggi putus sekolah.
Anak-anak di wilayah timur Indonesia berisiko lebih tinggi untuk putus sekolah ketimbang wilayah lain.Â
Faktor penyebabnya, kevakuman pembelajaran tatap muka mendorong siswa lebih memilih membantu pekerjaan orangtua di kebun/sawah, daripada belajar tanpa fasilitas PJJ yang memadai. Selain itu, lemahnya pengawasan orangtua turut mengandil dalam resiko di atas.
Dengan demikian, "Rindu Ruang Belajar" mengingatkan pendidik, siswa dan para orangtua/wali. Bahwa, menatap bangku kosong bukan membuat kita berpangku tangan.Â
Masa depan anak-anak kita tetap digenggam, berkat pendidik (guru) yang ulet, siswa yang tekut dan orangtua/wali yang setia mengawal pembelajaran.
Urbanus Haji Ahmad No (40), salah satu pencipta lagu ini mengatakan, "lagu ini adalah doa". Bersama GANAS (Gabungan Anak Soa) Crew, ia mengajak guru dan murid, agar tetap kembali ke ruang belajar. Belajar bukan hanya untuk nilai-nilai sekolah, tapi untuk kehidupan. Sebab, "non scholae, sed vitae discimus", katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H