Pilihan Tidak Sempurna
Namanya pilihan, bukanlah sesuatu yang pasti, bukan satu-satunya. Ia tidak sempurna. Ia bisa saja salah. Tergantung, pertimbangan-pertimbang yang diperhitungkan sebelum menentukannya.
Sama seperti profesi. Kita mungkin sudah merancang pendidikan yang baik, kampus ternama, dan program studi paling dicari dalam dunia kerja bagi anak-anak kita. Ingatlah, itu hanya pilihan. Itu hanya suatu cara kita mempersiapkan masa depan mereka.
Kadang, kita diterpa keputus-asaan. Saat profesi tidak sesuai dengan gelar yang disandang. Pekerjaan tidak simetris dengan cita-cita yang diangankan. Sarjana Kehutanan (baca: orang kehutanan/bukan orang hutan) bekerja di bank. Lulusan Akademi Keperawatan mengabdi di Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
Kita boleh bersujud, profesi sesuai ujud. Tapi hidup sudah dialurkan. Rezeki sudah diatur. Tinggal, bagaimana kita menemukan cara-cara tepat, cerdas dan terbaik  untuk mendapatkan porsinya. Semakin tepat, cerdas dan baik, tentu memperoleh porsi rezeki yang lebih banyak.
Tiga Cara
Cara cerdas berarti memaksimalkan akal budi. Mengoptimalkan otak untuk berpikir. Kita membutuhkan pertimbangan-pertimbangan rasional. Misalnya, bila ingin menjadi penulis andal, mulailah dengan banyak membaca buku setiap hari, dan lakukan latihan menulis catatan harian.
Dengan kata lain, gunakan otak, untuk menggerakkan kaki dan tangan untuk bekerja. Sangat tidak etis mengatakan seseorang pemalas. Ia hanya belum optimal memanfaatkan otaknya. Ia belum memerintahkan kaki dan tangannya agar segera mencari jalan, untuk mendapat berkat.
Kita pun membutuhkan cara-cara yang tepat untuk menentukan pilihan-pilihan hidup atau profesi. Cara yang tepat didukung kelenturan berpikir agar dapat menghadapi kenyataan. Biar bisa bertahan hidup, seorang sarjana kehutanan memilih bekerja di bank.Â
Bukan karena terpaksa dan tidak ada pilihan pekerjaan lain, melainkan ia memilih pekerjaan di saat yang tepat. Dan, rasa suka atau tidak suka atas pekerjaan akan menemukan prosesnya sendiri.
Begitu pula, kita membutuhkan pilihan-pilihan profesi yang baik. Pilihan "yang baik" berlaku standar etika, moral dan kesusilaan yang berlaku. Tidak baik mendapatkan rezeki dengan cara mencuri atau melacurkan diri, itu misalnya. Juga, tidak harus dengan korupsi untuk menjadi seorang kaya.