Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Filsafat Kerja dan Profesi

27 Maret 2021   21:39 Diperbarui: 2 April 2021   15:15 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang istri sedang membersihkan saluran air di sawah. Foto: Roman Rendusara

Misal lain, tetangga saya, tiga malam berturut-turut tidak tidur malam. Sebab sedang merawat istrinya yang sedang sakit parah. Hari terakhir, ia langsung mandi pagi, dengan alasan tetap masuk kantor. Tapi fakta berkata lain, ia terjatuh di kamar mandi, lalu meninggal dunia. 

Itu artinya, badan terlalu lelah. Badan yang kelelahan itu tidak siap disiram air. Ia kaget. Maka, jatuh tak sadarkan diri. Cara terbaik untuk menjaga keseimbangan badan dengan istrahat yang cukup.

Saya jarang ke dokter apabila sakit kepala, batuk, dan flu. Tubuh sedang membutuhkan keseimbangan.  Maka, asuplah dengan makanan yang bersih dan bergizi. Kemudian, tidur secukupnya. Saya pun bisa bertahan hidup hingga kini.

Filsafat Kerja dan Profesi

Begitu pula dengan kerja dan profesi kita. Kehidupan sudah ada yang mengaturnya. Rezeki sudah ada yang memberinya. Berkat sudah ada yang melimpahkannya. 

Tugas kita adalah menemukan cara mendapatkannya. Kita diberi akal sehat (otak) untuk bertindak menciptakan kiat mendapatkan berkat-berkat yang melimpah itu.

Sebagian orang percaya, pendidikan yang baik-didukung pilihan jurusan yang tepat dapat memperoleh berkat melimpah. 

Misalnya, seseorang yang lulus dari Universitas Negeri terkenal cepat mendapat pekerjaan. Ditawari jabatan enak. Gaji meluap, tak bisa ditampung saku baju. Hingga memiliki aset banyak. Ia pun bisa bertahan hidup.

Namun, seorang pemulung. Mungkin tak berpendidikan. Ia rajin mengais sampah. Lalu, menjualnya kepada pengepul. Ia mendapatkan rezeki. Ia bisa membeli makan. Ia membeli aset lainnya. Ia bisa bertahan hidup.

Juga, seorang petani di kampung, ia tidak pernah mengenyam pendidikan. Apalagi belajar ilmu pertanian. Ia rajin bekerja, mengolah sawah. Ia panen. Ia bisa makan. Sebagian dijual, untuk kebutuhan lain. Ia bisa bertahan hidup.

Jadi, sekali lagi, rezeki sudah ada yang memberinya. Profesi apapun yang kita emban adalah pilihan alternatif, supaya kita dapat mengambil bagian dalam berkat yang telah disediakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun