Pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Tanah Air setahun lalu. Diikuti ajakan #DirumahAja untuk semua kegiatan. Pemerintah menggaungkan kehidupan new normal berdasarkan protol kesehatan. Model 3 M diterapkan: mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker.
Sebagian wilayah di Flores ditambah 1 M lagi, yakni meminum 'moke'-minuman arak khas Flores. Kandungan alkoholnya 20-30 persen. Mereka percaya, kandungan alkohol dalam arak bisa mematikan virus berbahaya itu.
Keyakinan ini memiliki dasar logika sederhana, bahwa hand sanitizer digunakan sebagai pengganti cuci tangan. Hand sanitizer melindungi tangan dari kuman dan virus. Ia adalah cairan dan gel penyanitasi berbasis alkohol. Ia mampu membunuh mikroorganisme secara efektif yang melekat di tangan.
Makanya, ketika pandemi mengancam, sebagian warga di pesisir Selatan Ngada menjaga stok moke di rumah, supaya tidak habis. Mereka meminumnya setiap hari. Cukup seteguk setelah makan dan sebelum tidur malam.
Tidak cukup diminum. Beberapa gelas moke dituang ke dalam botol semprotan semirip botol kispray. Tiada rotan akar pun jadi-tiada disinfektan arak pun jadi. Mereka menggunakan alkohol sebagai hand sanitizer.
Pastinya, dipilih arak dengan kandungan alkohol yang tinggi. Caranya: menuangkan arak ke tanah, lalu dibakar dengan korek api. Bila tersambar dan menyala, maka dipastikan mengandung alkohol tinggi.
Secara teoretis, alkohol memang tidak baik untuk kesehatan. Bila dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat mabuk. Mabuk disebabkan oleh disefisiensi fungsi tembaga dalam tubuh. Alkohol dapat mengurangi kadar tembaga dalam tubuh. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan berdampak pada gangguan hati.
Namun, studi lain meyakinkan, konsumsi alkohol yang secukupnya dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan diabetes melitus. Ini sejalan dengan pengalaman ayah saya. Sang ayah sudah berusia 82 tahun. Sejak usia muda, ia mengkonsumsi alkohol hampir setiap hari dengan takaran seteguk setiap selesai makan dan hendak tidur malam. Ia jarang sakit. Beberapa bulan lalu, ia jatuh sakit.
Kami membawanya ke dokter. Pikiran kami, pasti sakit orang tua, jantung, gula dan asam urat. Di luar dugaan, kata dokter, tidak ditemukan penyakit apapun. Hanya saja, sang ayah jarang minum air putih.
Atas pengalaman di atas, dapat meneladani saya. Persediaan arak mesti tetap terjaga di tengah pandemi ini. Bukan untuk bermabuk-mabukan. Apalagi untuk 'ganggu' istri tetangga. Ditenggak secukupnya. Biar  tenggorokan tetap hangat. Virus pun kabur tunggang-langgang.
Selebihnya, semprotkan arak pada tangan, sebagai pengganti hand sanitizer. Biar kuman mati mendadak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H