Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ibarat Mengendus Kentut, Tugas Berat Kapolri Baru

23 Januari 2021   10:36 Diperbarui: 23 Januari 2021   10:41 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak terlalu bahagia-bahagia amat, saat Presiden Joko Widodo mengajukan nama tunggal calon Kapolri kepada DPR. Kemudian, Komisi III DPR RI menyatakan dukungan penuh pun saya justru menaruh pesimis. Ditambah, sang calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo memperkenalkan konsep Polri Presisi (prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan) pun semakin mengernyitkan kening.

Meskipun, di jagat maya, orang-orang 'mabuk agama' bersorak-sorai. Pasalnya, Komjen Listyo Sigit Prabowo akan menjadi Kapolri dari kalangan minoritas pertama era reformasi. Ini tanda masyarakat bertoleransi tinggi, kata sebagian orang. Tanpa demo berjilid-jilid semakin menguatkan dukungan itu. Sebagaimana diketahui, Komjen Listyo Sigit Prabowo adalah seorang Nasrani.

Konsep calon Kapolri sangat bagus. Redaksi kalimat yang disajikan indah. Publik bisa terbuai, seakan segera membawa Indonesia ke 'surga' (masyarakat berkeadilan) yang sejati. Tetapi, jauh dari hati yang terdalam, terkuak kesan, 'bikin malu, kalau tidak buat POLRI lebih baik'.

Pengernyitan kening dan kesan keraguan saya beralasan. Maukah Kapolri mengendus bau tak sedap praktek pungli dalam perekrutan calon polisi? Bisakah masuk polisi itu gratis tanpa bayar-bayaran? Bisakah proses seleksinya harus transparan dan bersih, tidak ada titip-titipan?

Ini pertanyaan-pertanyaan reflektif. Tidak perlu dijawab. Cukup direnungkan dalam hati. Dan dievaluasi, jika punya kemauan baik. Beberapa kasus sudah dipublikasi, misalnya, suap penerimaan calon siswa Polri 2016 di Palembang.

Selebihnya, obrolan-obrolan di warung kopi belum banyak terendus dan terungkap media. Kasus-kasus suap penerimaan calon siswa Polri cenderung tertutup dan tersembunyi, seperti kentut. Bisa kita dengar, bisa dicium baunya, namun sangat susah dibuktikan. Publik pun agak hati-hati menuduh siapa yang kentut. Belum banyak yang berani ungkap, dari lobang anus siapa, bunyi berasal. Sebab, susah ditebak asal suaranya. Publik terpaksa menikmati bau tak sedapnya.

Nah, saya justru mengabaikan persoalan tilang atau tidak tilang. Harapan besar terhadap calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo, terfokus pada proses seleksi calon siswa Polri yang transparan. Gunakan kemajuan digital demi proses yang bersih. Biar terhindar dari nepotisme-paket titip-titipan.

Apabila Komjen Listyo Sigit Prabowo sukses mengendus dan memberantas, publik makin bersorak bahagia. Sebab, publik merindukan perubahan nyata, bukan bualan kata-kata. Kasihan, generasi terbaik gagal jadi tamtama, gegara tidak ada jatah.

Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun