Saya bergabung di Kompasiana (K) pada 19 Mei 2011. Kini saya sudah 10 tahun. Sedangkan Bapak Tjiptadinata Effendi baru bergabung pada 14 Oktober 2012, dan dua bulan kemudian menyusul Ibu Roselina Tjiptadinata, Â pada 12 Januari 2013.
Saya berbesar kepala, sebab saya lebih dulu bergabung dengan K. Saya senior. Dalam budaya Flores, generasi-generasi pertama yang mendiami sebuah wilayah, bisa disebut 'mosalaki'. Merujuk pada senioritas, dituakan, tuan tanah dan penjaga martabat wilayah.
Tetap Kusapa: Opa dan Oma
Melihat usia yang terpaut jauh, dalam setiap komen, saya lebih menyapa Bapak Tjiptadinata Effendi dengan sebutan 'opa'. Kepada Ibu Roselina Tjiptadinata, saya menyapa 'oma'. Sebutan ini terdengar lebih keren, mengikuti tren milenial dan generasi Z.
Dalam hati kecil, saya sebenarnya mau panggil: kakek dan nenek. Meski terkesan kuno, tapi lebih menempatkan sisi 'kami orang Timur'. Kesan lebih menghargai sebagai sesepuh, ketika kami memanggil: kakek dan nenek-lebih terkesan hormat.
Selebihnya, saya tetap menyapa: Opa dan Oma. Biar lebih tren. Juga menunjukkan rasa hormat yang dalam melampaui usia. Namun merasa tetap dekat dalam sebuah keluarga besar penulis K.
Merawat Produktivitas MenulisÂ
Opa Tjipt dan Oma Rose telah menampilkan 'mosalaki' K yang sesungguhnya. Dalam arti, bukan sebatas usia (senioritas), melainkan mengawal nilai dan spirit kehidupan dalam media sosial berplatform blog ini.
Terkini per 5 Januari 2021, pukul 11.40 WIT, Opa Tjipt sudah mengunggah 5.259 artikel dan Oma Rose 764 artikel. Jika ditotalkan, 6.023 artikel. Sungguh, Fantastik. Mengingat usia yang tidak lagi muda, Opa Tjipt dan Oma Rose telah merawat  nilai dan spirit kehidupan melalui produktivitas menulis.
Saya tak penah bosan mengikuti kisah yang ditutur-jujurkan oleh pasangan suami-istri ini. Di setiap tulisan, tidak pernah menguliti topik politik Tanah Air yang penuh intrik. Tidak pernah mengupas isu sensitif sentimen beraroma SARA. Inilah, yang menguatkan karakter dasar penulis, seperti Opa Tjipt dan Oma Rose.
Kelimpahan Rohaniah