Dalam konteks NTT, beberapa tantangan pengembangan di atas sudah diselesai melalui program pembangunan pemerintahan Joko Widodo sekurangnya lima tahun terakhir ini. Namun mental instan masyarakat-untuk mendapatkan sesuatu dengan cara-cara yang gampang-masih sangat kuat.Â
Terlebih, untuk mendapatkan pelayanan keuangan. Ini yang menyebabkan indeks literasi keuangan hanya 27,82%, jauh sangat merangkak dari tingkat nasional (38,03%). (Sumber)
Biar Cukup Kau yang Kaya Su
Akhirnya, tidak heran di NTT menjamur lembaga keuangan illegal. Masih banyak yang berkeliaran bebas. Saya tidak perlu menyebutnya. Saya yakin, sudah ada di catatan Satgas Waspada Investasi NTT.
Memang gerakan literasi kita masih sebatas bangun perpustakaan. Solusi literasi keuangan ditawarkan agar 'cari sendiri-sendiri' sambil dibantu oleh Koperasi Kredit yang masih setia dengan pendidikan kepada anggotanya.Â
Yang penting bagi kita, cerdas menerima tawaran-tawaran investasi berbunga tinggi yang diterima dua minggu sekali. Cara terbaik menolak tawaran investasi bodong, katakan: 'biar cukup kau yang kaya su' (biar cukup Anda saja yang kaya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H