Saya menjelajahi laman OJK (Otoritas Jasa Keuangan) ketika dia asyik promosi. Dan, 'eureka'. Saya menemukan jawaban pasti. Saya mengatakan kepadanya, bisnis ini ilegal. Dia kaget. Pembicaraan beralih ke topik lain. Ini soal ketiga, hendaknya perlu mempertimbangkan kualitas produk dan pelayanan keuangan.
OJK merilis indeks inklusi keuangan 2019 meningkat mencapai 76,19% dibandingkan dengan tahun 2016 hanya berada di 67,8%. Artinya, terdapat peningkatan akses terhadap produk dan layanan keuangan. Namun indeks literasi keuangan berada pada 38,03%.Â
Artinya, tidak semua masyarakat yang menggunakan produk/pelayanan keuangan memiliki pemahaman yang baik tentang produk/layanan keuangan. (Sumber).
Literasi Keuangan Digital
Lebih rendah lagi indeks literasi keuangan digital. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tahun 2019 terhadap 4.536 responden, hanya 31,26 persen yang menggunakan jasa layanan financial technology (teknologi finansial/(tekfin).Â
Sebanyak 68,74 persen belum menggunakan layanan tekfin. Masyarakat paling banyak menggunakan tekfin berjenis pembayaran (66,6 persen), pe-er to peer lending/pinjaman daring (27,4 persen), asuransi (9,9 persen), dan agregator (9,1 persen).
Adapun alasan masyarakat yang belum menggunakan tekfin adalah tidak membutuhkan (52,7 persen), tidak paham (39,2 persen), tidak percaya (37,4 persen), dan biayanya mahal (13,6 persen). [Munawar dalam 'Tantangan Inklusi Keuangan Digital' (Kompas, 28/10/2020)].
Data, sebagaimana dilansir Kompas 30/10/2020, transaksi keuangan elektronik di Indonesia hingga Agustus 2020 ada 3,021 milyar transaksi dengan total Rp 126.96 triliun. Sementara, per April 2020, terdapat 161 penyelenggara fintech yang terdaftar dan berizin di OJK. Dan selama 2020 hingga September ini, Satgas Waspada Investasi sudah melarang dan membekukan (tutup) 195 entitas investasi illegal.
Mental Instan
Menurut Saal, dkk (2017), dalam Munawar 'Tantangan Inklusi Keuangan Digital' (Kompas, 28/10/2020), ada empat tantangan pengembangan layanan keuangan digital di negara berkembang.Â
Tantangan itu adalah rendahnya penetrasi layanan keuangan formal, rendahnya penghasilah dan literasi keuangan, ekosistem teknologi yang belum berkembang, serta lemahnya infrastruktur.