Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menelusur Jejak Kolonial Jepang di Mbay, Flores

3 September 2015   10:55 Diperbarui: 3 September 2015   10:55 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amazing! Ada sebuah gua sejarak peleparan batu. Namanya Okisato – sepertinya diberikan oleh orang Jepang. Menetes dari dinding – dinding gua air jernih. Tidak pernah kering meski kemarau panjang. Debit airnya pun tetap sama. Sungguh, in gloriam Dei, tak ada satu pun pohon di atas bukit cadas itu, kecuali rerumputan liar dan ilalang.

Saat kami berkunjung, seorang bapak sedang menimba air dari gua itu. Saya coba meminum beberapa teguk. Terpekik satu kata, segar. Kata Bernadus, air ini biasa digunakan air minum petani – petani di kebun sekitar dan gembala untuk meminumkan ternak.

Tertarik? Tidak butuh biaya. Cukup keberanian menekukkan gelam dan seram. Lalu dengan pakaian dianjurkan tertutup demi menghindari tanaman liar yang berduri.

 

[caption caption="Berposes sejenak di mulut gua (dok Roman)"]

[/caption][caption caption="Ruangan bekas kapel dan ruang pertemuan (dok Roman)"]
[/caption]

[caption caption="Okisato: Sumber Mata Air di bukit batu (dok Roman)"]

[/caption][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun