Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Cinta dalam Legenda Gunung Meja di Ende

20 April 2012   00:59 Diperbarui: 19 Maret 2021   09:52 3956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ende merupakan sebuah kabupaten sekaligus ibukota kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Letaknya persis di Pulau Flores bagian tengah. Sebuah kabupaten dengan luas wilayah 2.046,60 km2 ini memiliki banyak obyek wisata alam yang menarik. 

Danau tiga warna Kelimutu terdapat di sana. Pemandangan pesisir pantai yang menakjub memiliki daya tarik tersendiri. Satu pesona yang tak bisa dilupakan adalah gunung Meja yang berdiri perkasa. Pemandangan saat mendarat di bandara H. Hasan Aroeboesman Ende dari sisi kiri sangat menakjubkan. 

Kita dapat melihat semenanjung Ende, dengan Gunung Meja yang menjadi ciri khas Kota Ende. Disebut Gunung Meja karena puncaknya yang rata seperti meja. Gunung ini memiliki legenda yang menyedihkan, cinta yang tidak bersambut. 

Legenda Gunung Meja

Alkisah, terdapat dua pemuda bernama Meja dan Wongge. Meja adalah pemuda rupawan dan baik hati, sedangkan Wongge berpenampilan buruk , baik fisik maupun watak. Kedua pemuda ini mencintai seorang pemudi bernama Iya, kembang desa di kota Ende. Pinangan Meja disambut dengan tangan terbuka oleh Iya, sedangkan pinangan Wongge ditolak. 

Wongge marah besar. Sakit hati karena cintanya ditolak, Wongge berencana untuk membunuh Meja. Pikirnya, Meja tidak boleh menikah dengan Iya. Maka di suatu malam ketika Meja sedang tidur lelap, Wongge mengendap dan memenggal kepalanya dengan parang. Pulau Koa yang berada di timur Ende adalah pulau karang yang tidak berpenghuni dan berbentuk mirip seperti kepala, yang diyakini sebagai potongan kepala dari Meja. Sedangkan Pulau Ende yang berada di barat Ende dan berbentuk seperti parang jika tampak dari atas, diyakini sebagai perwujudan dari parang yang dibuang oleh Wongge. 

Gunung Ia adalah gunung berapi yang masih aktif. Jika dia mengeluarkan asap atau mengeluarkan semburan, maka masyarakat Ende meyakini bahwa Ia sedang menangis sedih karena ditinggal mati oleh Meja.

Analisis Antropologis

Legenda tiga gunung, yakni gunung Meja, gunung Wongge dan gunung Iya di atas tidak terlepas dari budaya dan kearifan lokal yang telah menjadi denyut jantung masyarakat Ende. Kebersamaan dan gotong royong di antara sesama masyarakat sangat dijunjung tinggi. Hal ini sangat jelas terekspresikan dalam tarian Gawi. 

Tarian ini memaknai masyarakat Ende yang sangat plural. Semua bergandengan tangan, bahu – membahu dan gotong royong membangun “tana watu – nua ola” (kampung halaman) tercinta. Budaya gotong royong, kebersamaan, toleransi dan menghargai orang lain ini pula terimplikasi dalam hubungan personal antarlawan jenis. Masyarakat Ende memaknai kehidupan ini adalah bagian dari membantu dan menghargai sesama. Sikap menghormati sesama, termasuk lawan jenis tidak boleh dicerai-beraikan atas dasar perbedaan apapun. 

Namun tak dapat dipungkiri seperti dalam kehidupan masyarakat pada umumnya perselisihan selalu sering terjadi. Entah itu alas an cemburu, iri hati dan dendam. Kisah dalam legenda gunung Meja menampilkan sosok Meja, Wongge dan Iya. Meja adalah seorang baik hati dan tidak sombong. Wongge adalah seorang yang berwatak kurang baik. Sedangkan Iya adalah primadona cantik dan baik hati. Kecantikan fisik dan hatinya menjadi daya tarik maha dasyat bagi Meja dan Wongge. Tokoh Meja dalam legenda di atas mau menampilkan sosok orang yang baik hati, jujur, tidak sombong dan kerendahan hati masyarakat Ende. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun