Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerakan CTPS ala Keluarga Ibu Margaretha di Kampung Kepi, Ende

2 Desember 2014   00:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:18 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_379722" align="aligncenter" width="560" caption="Echa (6 tahun), putri sulung Ibu Margaretha sedang mengambil sabun di kotak sabun (dok Roman Rendusara)"][/caption]

Data RISKESDAS 2013 menyebutkan 47 persen masyarakat Indonesia yang memiliki perilaku cuci tangan dengan benar. Padahal, kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan tindakan yang mudah dan murah.

PBB menetapkan setiap tanggal 15 Oktober sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun se – Dunia. Berbagai kalangan dan atau lembaga yang terkait terus mengkampanyekan dan menggalakan perilaku cuci tangan dengan sabun kepada masyarakat. Upaya ini sebagai tindakan untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia.

Bukan sebuah peringatan tanpa makna dan tindak nyata, gema Gerakan CTPS masuk dan menyentuh perilaku cara hidup sehat masyarakat Indonesia hingga ke pelosok wilayah terkecil. Jauh dari kota, di kampung kecil Dusun Kepi, Desa Rapowawo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, sebuah keluarga sudah menghayati perilaku cuci tangan sebagai sebuah habitus baru yang menyehatkan, murah dan ramah.

“Saya buat ini dari ikut pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang diselenggarakan Dinkes Kab. Ende,” ujar Ibu Margaretha (36 tahun). Ia menjelaskan, terdapat 5 pilar STBM, salah dua di antaranya  sudah diwujudkan dalam keluarganya yakni jangan buang air besar (BAB) sembarangan dan cuci tangan pakai sabun.

[caption id="attachment_379723" align="aligncenter" width="560" caption="Echa (6 tahun) sedang mencuci tangan dengan sabun setelah BAB (dok Roman Rendusara)"]

1417427910715309583
1417427910715309583
[/caption]

“Saya wajibkan anak – anak saya agar selalu cuci tangan sebelum makan, sesudah BAB dan sebelum tidur malam,” kata istri dari Maximus Mazo (36 tahun) ini.

Meski keluarga lain di dusunnya hampir tidak ada yang mempraktikan perilaku cuci tangan seperti ini, ibu tiga anak ini tetap teguh akan pentingnya hidup sehat yang mesti dimulai dari dalam keluarga dengan cara yang sedarhana. Di sisi lain, musin kering seperti sekarang ini dan air yang kadang tidak mengalir bukan menjadi hambatan agar hidup sehat berbasis cuci tangan pakai sabun tetap dilakukan. Sebab baginya, kesehatan mulai dari dalam keluarga.

[caption id="attachment_379725" align="aligncenter" width="560" caption="Menutup kembali lobang dengan paku setelah mencuci tangan (dok Roman Rendusara)"]

14174280421581443374
14174280421581443374
[/caption]

Sarana yang digunakan pun sangat sederhana. Terbuat dari bambu yang mudah didapat dari sekitar rumah. Hanya membutuhkan satu ruas bambu yang diapit kedua bukunya. Salah satu buku dilobangkan untuk mengisi air. Di antara ruas dilubangi paku agar air mengalir dan kita bisa langsung mencuci tangan di pancuran sebesar paku itu. Agar paku tidak terpisah kemana – mana maka diikat dengan tali benang. Bambu itu ditanam di tanah dekat dapur. Tempat sabun tidak jauh dari situ. (Roman Rendusara).

14174281401113031305
14174281401113031305

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun