Mohon tunggu...
Romadona
Romadona Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Semester 7 Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Pekalongan Dosen Pembimbing : Jaya Maulana, S.KM., M.Kes. dan Nur Lulu Fitriyani, M.Si.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Analisis Faktor-Faktor Berkaitan dengan Kejadian Hipertensi pada Pekerja Kantor

4 Januari 2022   11:00 Diperbarui: 4 Januari 2022   11:31 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review.Yaitu sebuah pencarian literatur baik yang berasal dari sumber internasional maupun nasional yang dilakukan dengan menggunakan database artikel/jurnal. Pada penelitian ini database yang digunakan adalah Google Schoolar.  Pada tahap awal pencarian artikel jurnal diperoleh 4.570 artikel dari 2003 sampai 2021 dengan menggunakan kata kunci "faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian hipertensi pada pekerja kantor" yang diakses pada tanggal 18 November 2021 yang kemudian diidentifikasi dan dieksplorasi relevansi dengan artikel untuk dikompilasi. Dari jumlah tersebut hanya 5 artikel yang dijadikan inklusi studi dalam penelitian. Yaitu artikel/jurnal yang dianggap memiliki kriteria penuh dan relevansi dengan tujuan awal penelitian.

HASIL

Berdasarkan distribusi karakteristik artikel / studi penelitian yang diambil dari 5 sumber yang dijadikan inklusi studi menunjukkan mayoritas faktor risiko yang paling signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah jenis kelamin laki-laki. Sedangkan faktor risiko lain yang mendominasi adalah faktor riwayat keluarga, usia, stress kerja, dan perilaku hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, perilaku sedentary dan kebiasaan olahraga.

PEMBAHASAN

Pada studi penelitian yang dilakukan (Oktaviani, E., et al, 2019) Faktor yang terbukti sebagai faktor risiko hipertensi pada pegawai di daerah perimeter pelabuhan adalah jenis kelamin, sedangkan perilaku sedentari terbukti sebagai faktor protektif. Jenis kelamin termasuk dalam faktor risiko yang tidak dapat diubah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa laki-laki 1,4 kali lebih berisiko hipertensi daripada perempuan (Hashani et al, 2014). Teori juga menyebutkan bahwa laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk menderita hipertensi daripada perempuan (Fisher dan Williams, 2005). Hasil penelitian menunjukkan risiko jenis kelamin laki-laki 6 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi daripada perempuan. Aktivitas plasma renin (kadar prorenin dan renin) lakilaki biasanya lebih tinggi daripada perempuan yang akan berpengaruh pada sintesis AT II dalam sistem renin angiotensin (Reckelhoff, 2005).

Seorang pegawai harus menyelesaikan tugas pokok dan fungsinya serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasannya. Keadaan ini dapat menuntut energi, waktu dan pikiran yang banyak sehingga pada beberapa pegawai dapat menyebabkan timbulnya hipertensi (Tsutsumiet al, 2001). Lingkungan pekerjaan juga turut memberikan dampak terhadap perilaku kesehatan seseorang. Rutinitas akan membuat seseorang lalai dalam memikirkan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku sedentary adalah kebiasaan dalam kehidupan seseorang yang tidak banyak melakukan gerakan sehingga energi yang dikeluarkan sangat rendah di mana postur duduk dan berbaring adalah yang paling sering atau paling dominan dalam keseharian seperti kerja di depan komputer, membaca, menonton televisi, bermain game dan lain-lain tapi tidak termasuk

waktu tidur (Fadila, 2016; Tremblay et al,

2017).

Sementara pada penelitian Utama, F. et al, 2021 juga menyebutkan proporsi laki-laki yang menderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan perempuan, hasil penelitian ini juga selaras dengan survey Riskesdas dan data WHO. Sementara pada faktor kadar kolesterol dan obesitas setelah dilakukan uji multivariate menunjukkan hubungan tidak bermakna antara kadar kolestrol dan obesitas dengan kejadian hipertensi. Sementara pada faktor status pernikahan dan kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.

Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat depresi, kecemasan dan stres tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi. Hasil ini juga bertolak belakang dengan beberapa penelitian lainnya yang menyatakan terdapat hubungan bermakna antara psikososial stres dengan kejadian hipertensi.,Ketidakbermaknaan secara statitik bisa disebabkan karena proporsi responden yang mengalami gangguan psikososial seperti depresi, stres, dan cemas, cukup kecil.

Pada penelitian Oktaviani, E., et al 2019 juga menyebutkan Faktor yang terbukti sebagai faktor risiko hipertensi pada pegawai di perimeter pelabuhan adalah jenis kelamin laki-laki dan jenis pekerjaan struktural, sedangkan perilaku sedentari 6 jam/hari merupakan faktor protektif. Faktor-faktor tersebut memiliki probabilitas 75% terhadap kejadian hipertensi. Faktor yang tidak terbukti berisiko adalah umur, riwayat hipertensi di keluarga, masa kerja, beban kerja, jadwal kerja, kebiasaan konsumsi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun