Mohon tunggu...
Romi Romadhoni
Romi Romadhoni Mohon Tunggu... -

@romi_mr Development Planner. Master of Development Planning (Univ of Queensland). Urban issue enthusiast. Economic equity is the new growth

Selanjutnya

Tutup

Money

Kota Kelas Menegah: Motor Baru Ekonomi Indonesia

24 Mei 2014   13:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal yang menarik dari laporan McKinsey tentang Indonesia: 'Membuka grendel  potensi ekonomi kepulauan' (2012). Lansekap pembangunan kita sedang berubah drastis. Pada 2030 akan ada 71% penduduk yang tinggal di perkotaan. Fakta yang mesti disoroti:  kota-kota kelas menengah lah- terutama yang diluar Jawa-yang berpotensi besar menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia. Batam, Pekanbaru, Makassar, Balikpapan termasuk diantaranya. Saat ini ekonomi kota-kota tersebut  tumbuh diatas 7%, -bahkan ada yang mencapai 9%-, jauh diatas rerata pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan jumlah penduduk 1-2 juta yang didominasi kaum muda, kota kota itu mempunyai kapasitas bertumbuh lebih lapang dibanding Jakarta misalnya, yang hanya bisa tumbuh kurang dari 6% , pun dengan kondisi infrastruktur yg saat ini masih 'ngesot'.

Paralel dengan itu. Kepemimpinan yang tampil sebagai pembaharu adalah juga dari kota -kota kelas menengah. Ridwan Kamil , Jokowi di Solo dan Ahok dari Bangka Belitung misalnya. Yang lain pun menyusul. Saat ini Kab. Bantaeng di Sulsel dipimpin seorang doktor  (Pak Nurdin Abdullah) yang sebelumnya menjadi direksi perusahaan Jepang, dan saat ini daerahnya berakselerasi dengan amat baik. Mereka mendorong tata kelola pemerintahan yang efektif dan memberangus korupsi. Mereka juga menjadi bekal itikad politik yang mumpuni untuk menggenjot habis laju pembangunan infrastruktur.

Dari sini,  mengcopy-paste pola di Jakarta jelas bukan jawaban. Pohon-pohon inovasi dan solusi itu justru bertumbuh di kota  menengah di daerah. Untuk kualitas 'taman ekonomi' yang lebih sehat,  pohon  baru di daerah lah yang harus dipelihara,  demi mengimbangi dominasi pohon di Jakarta.

Kenyataannya kita telah kehilangan momentum. Kota -kota besar kita  gagal membangunan bandara, pelabuhan, kereta api, jalan raya, yang bisa bersaing 'neck to neck' dengan Tiongkok. Bisa jadi ini saatnya energi pembanguan infrastruktur itu dialihkan ke kota-kota kelas menengah di daerah.

Dan tak lama lagi, bakal dijumpai orang Jakarta yang  terpana, terbengong  mendengarkan cerita sejawat mereka di kota lain di daerah , tentang betapa mudahnya bepergian di kota mereka dengan transportasi umum yang  tertata, tentang kualitas kesehatan dan pendidikan mereka  yang lebih memadai.

Pertanyaannya bukan  apakah kota - kota daerah mau mengejar ketertinggalannya, namun apakah Jakarta mau memberi kesempatan kota-kota di daerah untuk tumbuh pada kecepatan jelajahnya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun