Di masa pandemi COVID-19 ini menjadi suatu tantangan dunia pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar. Saat ini semua lembaga pendidikan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Alasan adanya pembelajran jarak jauh (PJJ) ini adalah karena dalam pandemic COVID-19 yang menghimbau semua masyarakat untuk social distancing. Social distancing dilakukan demi mengurangi penyebaran virus corona. Â Dengan hal tersebut, pemerintah membuat kebijakan bahwa para guru dan siswa harus melakukan kegiatan belajar mengajar dirumah. Seperti yang diberitakan oleh sevima.com, ada lima kebijakan pendidikan di masa pandemic COVID-19 ini, yaitu pembelajaran daring untuk anak sekolah, kuliah daring, ujian nasional tahun 2020 ditiadakan, UTBK SBMPTN tahu 2020 diundur, dan pelaksanaan SNMPTN masih dalam pengkajian.
pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemic covid-19 dilakukan secara daring (dalam jaringan) menggunakan beberapa media seperti whatsapp, google classroom, zoom cloud meeting, google meet, dan lainnya. Kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) umumnya sama saja dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.Â
Yang membedakan hanyalah tempat pembelajaran dan interaksi yang dilakukan secara tidak langsung. Mulainya kelas daring sama seperti pembelajaran di sekolah, dilakukan pada pagi hari. Yang berbeda dari pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di dalam jaringan hanyalah media pembelajaran. Jika di sekolah selalu menggunakan buku, sekarang menggunakan media powerpoint, e-book, video, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemic ini mengalami beberapa kendala yang dialami oleh siswa dan guru, salah satunya adalah keterbatasan alat pembelajaran. Alat pembelajaran yang dimaksud adalah seperti laptop, handphone, alat praktek untuk belajar, dan sumber pembelajaran seperti buku. Tidak semua guru dan siswa mempunyai laptop dan handphone. Selain itu di masa pandemic ini semua belajar menggunakan laptop dan handphone, tetapi setiap keluarga mempunyai keterbatasan dua barang elektronik tersebut. Contoh pada satu keluarga terdapat ayah, ibu, dan dua anak. Orang tuanya masing-masing mempunyai pekerjaan dan bekerja secara WFH (Work From Home) dan kedua anaknya melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dua barang elektronik tersebut hanya dimiliki oleh orang tua saja dan digunakan di waktu yang bersamaan. Maka dari itu, adanya keterbatasan media pembelajaran dengan menggunakan laptop dan handphone. Hal ini terjadi kepada guru dan siswa. Keterbatasan alat pembelajaran ini menjadi penghambat proses belajar dan mengajar. Tidak hanya barang elektronik, tetapi juga untuk mempraktikan suatu pembelajaran sangat sulit dilakukan. Contohnya seperti dalam pelajaran IPA, dimana ada suatu materi pembelajaran yaitu bereksperimen menggunakan bahan kimia. Karena pembelajaran tidak bisa bertatap muka, menjadi kendala bagi guru untuk menyampaikan materi dari pembelajaran tersebut dan membuat siswa kurang paham jika tidak ikut mempraktikan.
Dari penjelasan tersebut, hal ini menjadi penghambat interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam interaksi sosial, interaksi antara guru dengan siswa masuk ke dalam 3 macam interaksi, yaitu interaksi antar individu, interaksi antara individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok(Subadi, 2009:18). Interkasionisme simbolik menurut Effendy dalam (Siregar, 2011:101) merupakan pemahaman tentang terjadinya interaksi sosial antara individu dengan individu, inividu dengan kelompok, antar kelompok, kemudian kelompok dengan kelompok dalam komunikasi, yang terjadi karena komunikasi, dimana ada persamaan pemikiran yang sebelumnya pada diri setiap individu yang terlibat berlangsungnya internalisasi atau pembatinan.Interaksi terdapat dua cara yaitu interaksi langsung dan interaksi simbolik.
Berdasarkan pembelajaran jarak jauh (PJJ), interaksi yang dilakukan sebagian besar menggunakan interaksi simbolik, karena pembelajaran melalui group whatsapp. Tetapi pembelajaran jarak jauh ini (PJJ) juga adanya interaksi langsung melalui kelas yang diadakan di zoom, google class, dan lain-lain. yang menjadi penghambat dalam interaksi antara guru dengan siswa adalah adanya kendala jaringan yang membuat proses penyampaian materi tidak tersampaikan. Selain itu, membuat siswa kurang paham dengan apa yang telah dijelaskan oleh gurunya karena keterbatasan jaringan dan waktu. Beberapa siswa juga tidak terbiasa belajar menggunakan alat pembelajaran yang sekarang digunakan selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), karena lebih paham jika berinteraksi langsung secara fisik.
Dalam perspektif interaksionisme simbolik, manusia merupakan mahluk yang dapat menciptakan dan menggunakan simbol. Ketika seseorang melakukan suatu tindakan, terdapat proses pemberian arti atau makna yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan menciptakan suatu simbol (Damsar :60). Dalam pendidikan, antara guru dengan siswa melakukan suatu interaksi melalui bahasa sebagai simbol. Makna dalam suatu interaksi antara guru dengan siswa adalah pemahaman suatu materi pembelajaran. Â Melalui simbol inilah proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran dapat tersampaikan. Namun, ketika simbol terhalang oleh media interaksi, maka penyampaian materi pembelajaran tidak akan tersampaikan dengan baik.
Untuk melihat interaksi yang baik ketika alat pembelajaran tidak mengalami hambatan, bisa dilihat dalam tiga dasar rujukan utama teori interaksionisme simbolik dari Mead yaitu mind, self, and society. Tiga dasar ini membahas suatu bentuk interaksi antar individu dengan melibatkan beberapa bentuk simbol yang melekat pada proses interaksi. Jika dilihat proses interaksi antara guru dan siswa, mind, self, dan society sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Dalam mind, proses belajar berkaitan dengan bahasa yang digunakan oleh guru kepada siswa dalam penyampaian materi pembelajaran dan penyampaian tersebut dipahami. Lalu pada self, masing-masing inividu mengkonsepkan diri ketika menjalankan kegiatan pembelajaran. Seperti guru secara bersikap profesional dalam mengajar dan murid serius dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Dan pada society, adanya hubungan dengan interaksi yang didalamnya ada guru dan murid.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) harus adanya interaksi yang lebih mendalam antara guru dengan siswa agar tercapainya materi yang diberikan kepada guru. Kendalanya alat pembelajaran harus menjadi evaluasi bagi para pelaku pendidikan agar adanya perbaikan sistem dalam proses interaksi antara guru dengan siswa. Selain itu perlu adanya solusi lain untuk pembelajaran, seperti media pembelajaran tidak sepenuhnya menggunakan alat elektronik seperti laptop dan handphone tetapi melalui membuat kreatifitas. Contohnya adalah seperti menggambar, mengamati lingkungan sekitar, membaca, dan lain-lain.
Â
DAFTAR PUSTAKA