Mohon tunggu...
Rolyta Alhanifa
Rolyta Alhanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung

Celoteh bersajak; Aku tidak pandai untuk berkata-kata. namun, Menulis adalah caraku dalam menggoreskan rasa bersama diksi dalam bait-bait kehidupan pada selembar daluang aksara yang menjadikan lencana karya yang abadi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senyum di Antara Sayap-sayap Malaikat

12 Mei 2023   17:16 Diperbarui: 12 Mei 2023   17:22 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hati siapa yang tidak 'kan terenyuh pada deretan wajah-wajah teduh dari anak yang sedang tertidur dipelukan ibu jalanan
Lalu, ada sepasang mata tua mengiba pada semesta dengan kedua tangannya meminta selimut sebuah keluarga
Terdengar suara jeritan merengek disudut rumah dengan atap dangau mengebul di bawah payoda yang merongrong diatas kepala
Menunggu seorang ibu selesai memasak bongkahan kerikil buat anaknya dengan bara di tungku lantas padam sebab tetesan air dari relung kasihnya

Senyuman satu persatu dari mereka bermekaran kala melihat gerobak cendol lusuh bersama suara khas dari harmoni bambunya
Gesekan dari sandal butut dengan wangi aspal menggoda para pelanggannya
Dengan tertatih-tatih Ia mencoba melangkahkan tubuhnya yang ringkih dengan sesekali menyeka keringat hasil ikhtiar hari ini
Garis senyuman yang hampir semua dari giginya terlihat hilang namun ada rasa damai yang kembali datang dengan hangatnya

Dawet menyegarkan menuju mereka bersama pasangan mata berbinar menatap malu-malu
Lagi-lagi, lelaki tua itu malah merasa hatinya berguncang hebat; batinnya berucap: "Alhamdulillah nikmat mana lagi yang engkau dustakan? anak-anak yatim, kaum duafa, dan mereka yang sebatang kara adalah aku; sama-sama memiliki kehidupan dari sang pencipta
Aku diberi rezeki oleh-Nya dan rezekiku adalah sebagian dari hak mereka"

Ia duduk memangku salah satu anak yang tak bertuan
Memejamkan sepasang mata untuk ia maknai dari sebuah kebahagiaan
Sebuah senyum begitu merekah dengan putih apa yang ada didalamnya
Pada ribuan kepedihan diantara sayap-sayap malaikat penjaganya

Bintuhan, 11 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun