Mohon tunggu...
Rolyta Alhanifa
Rolyta Alhanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung

Celoteh bersajak; Aku tidak pandai untuk berkata-kata. namun, Menulis adalah caraku dalam menggoreskan rasa bersama diksi dalam bait-bait kehidupan pada selembar daluang aksara yang menjadikan lencana karya yang abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harapan Sebatas Tali Jemuran

11 Mei 2023   20:39 Diperbarui: 11 Mei 2023   20:44 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku adalah selembar baju yang hidup berulang kali dipakai dan dicuci bertahun-tahun dan begitu seterusnya. Mungkin terdengar agak membosankan tapi itu memang membosankan, titik tanpa alasan lain.

Ketika udara kering kami seperti kanebo yang kaku ditambah bau langu lalu dengan penuh rasa sabar menunggu sang Tuan datang untuk mengangkat kami satu per satu. ketika hujan bertandang kami pun berteriak-teriak agar tak lagi basah untuk kedua kalinya, ada kalanya kami jengkel ketika Tuan kami yang acuh terhadap kami. Aku bisa pastikan kami selalu tertib berjajar pada tali jemuran di halaman bisakah Tuan perhatikan.

Jika diberi kesempatan memilih untuk beringkarnasi,
Aku ingin menjadi seekor burung yang bisa terbang sesuka hati kesana-kemari. Aku ingin lihai berenang seperti ikan-ikan di kolam samping rumah tuanku.  Aku ingin menjadi pohon yang memberi kehidupan. Aku ingin menjadi sekuntum mawar yang menambah roma keindahan.

Aku ingin begini
aku ingin begitu
Ingin ini, ingin itu
banyak sekali,,,
(Ost film Doraemon)

Namun aku harus sadar. Aku adalah selembar pakaian tua, dan semua yang kupikirkan hanya lah sebatas harapan pada seutas tali jemuran.

Pada suatu hari, aku menghilang diantara para jemuran karena diterbangkan oleh angin keatas pohon besar. Lalu aku melihat Tuanku seperti gelisah mencari sesuatu, hingga akhirnya genggaman sebuah tangan menyambutku dengan senyuman. Aku sadar betapa berharganya aku bagi dirinya.

Bintuhan, 11 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun