Mohon tunggu...
Rolly Toreh
Rolly Toreh Mohon Tunggu... Penulis -

merenung di atas gunung, terkucil dalam pensil, bergerak seperti ombak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panjang Umur dengan Satu Sumur

6 September 2015   11:46 Diperbarui: 6 September 2015   17:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

by. rollytoreh

[caption caption="Potret kemarau"][rollytoreh]

Beberapa siang sepanjang bulan Juli sampai September, sudah memastikan nasib kering melanda banyak kampung. Khusus Kampung Pahiama. Kampung apa saja harus mengadu nasib sekering pohon, sesakit bunga mawar, yang menunggu air hujan. Memang sudah letih menunggu tapi mau tidak mau memaksa naluri terus hidup walau air terus surut. 

Kemarau tahun ini adalah kemarau paling sengit menolak hujan. Kemarau yang belum kalah. Kemarau yang tidak kenal selesai. Kemarau paling ganas dan paling buas. Kemarau yang lebih merah dari darah. Kemarau yang lebih gelap dari malam.

Namun penduduk di Kampung Pahiama, 2 km dari pusat Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (SITARO), Prov. Sulut, semangat mengais dahaga dari seonggok air di dalam sumur tak pernah kedaluwarsa. Mereka tak pernah tahu kadar air surut atau masih melimpah. Mereka cuma tahu selama hidup adalah kepanjangan tangan Ilahi. Tinggal semangat dipaksa berlari mengeroyok debit air satu-satunya di bawah satu liang sumur.

Kertak dahan kering di atas kepala mereka seolah menggambarkan kering dan tandus semakin mendekat. Tanaman Pala sebagai sumber rejeki tumbuh lambat. Kekeringan merambat. Pendapatan sekarat. Mereka tidak tahu dan tidak perlu tahu kapan kemarau selesai. Sebab tidak mungkin bagi manusia melangkahi kuasa Ilahi.

Kemarau dan hujan sudah merupakan arisan wajib dihadapi manusia. Tidak bisa bergegas lepas atau ingin bebas. Rakyat demikian juga Pemerintah jangan menyangka persoalan selesai setelah turun malaikat sorga maka kita santai, duduk menatap langit, tanpa gerakan dan tindakan pasti mencegah sembilu kemarau.

Pandangilah potret resah penduduk Pahiama yang terus bertahan di tengah kemarau meskipun dengan satu sumur kecil. 

Semoga terus panjang umur.

 

Tagulandang,

6/9/2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun