Mohon tunggu...
Rollis Juliansyah
Rollis Juliansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih belajar baca tulis

Tertarik bidang Kajian Pembangunan Ekonomi dan Lawak-Lawak. hehe

Selanjutnya

Tutup

Money

Pandangan Mikro-Makroekonomi: Narkoba dalam Dualisme Ekonomi dan Sosial

1 April 2022   00:48 Diperbarui: 1 April 2022   00:58 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan sosial dan kebudayaan melahirkan sebuah tradisi sebagai ciri khas dari masing-masing kelompok masyarakat di berbagai wilayah. Entitas sangat erat kaitannya dengan kelompok masyarakat di lingkungan sosial, baik ditandai dari indikator kesejahteraan seperti tingkat pendapatan, pengeluaran sebagai variabel ekonomi maupun seperti pola asuh, pendidikan keluarga sebagai variabel nonekonomi. Akhir-akhir ini kita sering melihat tayangan fiktif tetang crazy rich. Hilang rich tinggal crazy.

Hal ini juga tercermin dari orang-orang  berpenghasilan tinggi menggunakan narkoba untuk mendapatkan ketenangan bersifat ilusi. Keterbelakangan ekonomi membuat para penjual narkoba harus melakukan hal itu, dalam menghadapi resiko yang tak kecil. Komoditas narkoba impor dilatar belakangi investor yang memiliki kedekatan dengan dunia kriminal.

Pada penelitian Hunter (2020) memberikan bantahan terhadap penggunaan heroin hanya pada lingkungan kriminal saja, studi kasus Afrika Selatan. Pada penelitian tersebut lingkungan sangat mempengaruhi terhadap kecanduan dan penggunaan narkotika. 

Adanya pola asuh yang baik dari dorongan keluarga cenderung memiliki impact positif terhadap kehidupan yang baik dan terbebas dari penyaah gunaan narkoba. Dalam pola asuh ini menurut Wahyudin (2014) ada 3 kategori, Otoriter, Permisif, dan demokrasi.

Kesalahan pola asuh ini memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pendidikan dan keterampilan orang tua dalam keluarga. Hingga dalam jangka panjang kembang dan pertumbuhan dapat mempengaruhi produktivitas seseorang, dimana seseorang memasuki pasar ketenagakerjaan (market of labor) yangmana para pekerja didalamnya mesti bersaing dan produktivitas untuk menghasilkan output sangat diperlukan, hingga semakin tinggi produktivitas seorang pekerja maka demand for labor terhadapnya justru semakin besar dalam pasar ketenagakerjaan, sebab sudah dianggap terampil dan profesional.

Ketergantungan para pekerja pada heroin seperti studikasus diatas memang tidak dapat dipungkiri, mentalitas seorang pekerja diuji biasanya dari tingkat stres dan beban kerja, dan lingkungan kerja yang tak sehat. 

Di banyak negara maju dengan glamour kehidupan kaum muda urban society memiliki keterkaitan dengan narkoba. Pada negara maju memiliki standar upah para pekerja yang tinggi, dan biaya peluang produksi pun, terhadap output tinggi juga. 

Akan tetapi dapatkah anda bayangkan jika pekerja di negara miskin dan berpendapatan rendah harus bekerja untuk mendapatkan upah untuk membeli heroin ? tentu saja menguras dompet dan hal tersebut dalam jangka waktu tertentu menciptakan kesuraman tak hanya kesehatan, tapi juga bagi kesejahteraan. 

Hal ini pun, menimbulkan kesenjangan dalam kesejahteraan keluarga. Dalam jangka panjang angka percerian dapat meningkat dan pastinya dampak demografi penduduk berdampak pula bukan ?

Peredaran heroin marak terjadi bukan hanya karena lingkungan, dan pola asuh yang tak baik. Rasanya hal tersebut tidak adil. Adanya hempitan ekonomi bagi para pekerja miskin menjadi jalan untuk praktik peredaran narkoba. 

Hal tersebut bagi penduduk miskin di wilayah-wilayah tertentu, tentunya menjadikan bisnis yang baik. Bisnis yang baik dapat menghasilkan cuan yang banyak, akan tetapi bisnis yang baik belum tentu selamanya legal.

Penyalah gunaan kandungan zat adictive ini tak hanya bagi pasar ketenagakerjaan di perkotaan yang memiliki uang lebih banyak, masyarakat miskin yang dihimpit tuntutuan ekonomi, dan juga pada lingkungan pendidikan, hal ini seperti diulas oleh Hunter (2021) pada anak sekolahan dalam menggunakan Xanax (kandungan obat anti kecemasan) di Durman. 

Cerminan pembangunan yang baik dapat diukur dari Index Pembangunan Manusia dengan indikator selain demogaf, kematian ibu dan anak, melek huruf juga rata-rata lamanya bersekolah, adanya penyalahgunaan obat tersebut berdampak pada keberlanjutan pendidikan mereka, dan turut menyumbang angka pengangguran kedepannya, dan tak menutup kemungkinan terciptanya aglomerasi wilayah.

Pada wilayah konflik genjatan senjata awalnya dimulai adanya sentimen negatif di pasar dan ada jurang pemisah dalam kejahteraan, baik kelompok dalam sosial maupun kehidupan bernegara. Perang memerlukan biaya, seperti halnya gengsi yang juga memerlukan capital of finance. Pembelian senjata ada yang ditutupi oleh funding dari donatur konflik, ada juga didapati dari perdagangan narkoba. 

Beberapa dalam kehidupan wilayah konflik seolah menceritakan adanya hubungan sebab akibat antara senjata dan narkoba serta kesenjangan. Akan tetapi dewasa ini kita amati perdagangan besar-besaran narkoba tak hanya disuplai dari wilayah miskin saja, akan tetapi juga negara kaya. Bagaimana caranya? Bukankah lahan saja susah dikota? Benar. 

Tak salah anda berpandangan seperti itu. Pendanaan atau funding dari orang dan kelompok tertentu di nagara yang memiliki banyak uaang sebagai investor dalam memperkokoh sumberdaya produksi dan perdagangan tersebut. Adanya dorongan keserakahan membuat entitas tersendiri bagi mereka di tengah-tengah masyarakat global.

*studi kasus: Orang kaya berpenghasilan tinggi tertangkap menggunakan narkoba, sebagai jalan mengurangi tingkat stres. Orang miksin menghasilkan narkoba dikarena hempitan ekonomi dan menutupi pengeluaran rumah tangga, hal ini semacam dualisme sosial.

Beberapa pengedar mendatangkan barang seperti Heroin dan Cocain dari luar. Hal tersebut jika kita amati dari sisi teori mikroekonomi, yakni : adanya permintaan atas barang akibat kelangkaan (scarcity) dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan, akibat kelangkaan dan tak tersediannya sumberdaya produksi di dalam, membuat produk tersebut menjadi mahal. 

Produsen merespon hal ini menjadi Penawaran yang menjadi celah memaksimalkan profit. Adanya biaya peluang produksi seperti jasa angkut (porter) upah pekerja di ladang dan biaya implisit seperti resiko dan biaya lainnya adalah menjadi biaya peluang produksi.

Adanya kolinearitas antara: Dualisme sosial ekonomi, seperti kemiskinan, keserakahan, dan mental serta moralitas keluarga maupun masyarakat.

Referensi:

Wahyuddin, Agung. "Pola Asuh Orang Tua Nelayan dalam Membimbing Anak di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik." Paradigma: Jurnal Online Mahasiswa S1 Sosiologi UNESA, vol. 2, no. 1, 2014.

Hunter, M. (2020). Heroin hustles: Drugs and the laboring poor in South Africa. Social Science & Medicine, 265, 113329. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2020.113329

Hunter, M. (2021). The rise of Xanax in South African schools: Toward a framework for connecting drugs and education. International Journal of Drug Policy, 90, 103078. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.drugpo.2020.103078

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun