ALERTA !!! SEBERAPA SIAP PERTAHANAN PANGAN KITA JIKA WW3 TERJADI
Indonesia merupakan negara maritim dan agraria kata yang meski sudah klise dan banyak digembar-gemborkan dalam menunjukkan entitas dari sisi geografis negara ini, tetap masih relevan di sajikan. Secara geopolitik Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara dan kita tahu itu. Luasnya hamparan laut membuat kita menjadi negara ke 2 setelah Canada yang memiliki garis pantai (coatsline) terpanjang. Ancaman yang datang dari sektor daratan dan lautan dan tak menutup kemungkinan dari udara pun dapat terjadi. Lantas bagaimana kesiapan negara kita dalam sektor ketahanan pangan dan logistik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, jika ketegangan Rusia dan Ukraina belum menjumpai titik temu dan kesepakatan dan jika negara-negara NATO secara terang-terangan ikut dalam konflik ini, seperti halnya Cina yang bersitegang dengan Taiwan, Iran dengan kelompok saparatisnya dan Palestine dengan Israel dan negara-negara dibelahan dunia lain yang mungkin saja memiliki potensi konflik. Sekali lagi saya ajukan pertanyaan, lantas seberapa siapkah kita dalam sektor pangan, jika potensi memanasnya genjatan senjata negara-negara maju tersebut semakin gila?
*Geografis Indonesia (sudut pandang geopolitik)
Baik, kita coba petakan dari sisi geografis terlebih dahulu. Indonesia letak geografis lebih dekat pada negara-negara asia lainnya dan berada pada samudra Hindia. Mungkin sedikit lebih dekat dengan Australia, akan tetapi jika ditinjau secara keseluruhan lebih dekat dengan Malaysia, Singapore, China dan Flipina. Secara ekpansi pasar, untuk komoditas barang impor, pasar dalam negeri banyak di dominasi oleh produk barang dan jasa dari China dan Singapore. Ada pepatah lama mengatakan, jika perang terbuka (batle ground) terjadi secara terang-terangan diawali dari perang dagang, ekpansi, akuisisi, perang teknologi, perang biologi, saling boikot dan penangguhan komoditas suatu barang hingga bermuara pada perang terbuka ini. mungkin beda dikit dengan kita di zaman SD dahulu yang konflik dengan teman diawali dengan saling mengupat karena tidak pandai berenang dan memanjat pohon jambu. Ini battle ground bos, perang beneran.
*Neraca Dagang Indonesia (sudut pandang makroekonomi)
Neraca dagang adalah pengurangan netto ekpor dengan netto impor, artinya kita lihat besar manakah kita membeli atau menjual. Penganalogian sederhana, jika Indonesia lebih banyak membeli kacang kedelai dari negara asing, seperti Amerika dan negara Latin lainnya sebagai bahan baku dalam produksi Tahu dan Tempe, maka dari sisi KLBU (Ketentuan Baku Lapangan Usaha Indosesia) jenis makanan pengolahan dari Kacang Kedelai ini kita defisit, artinya lebih banyak membeli dibandingkan menjual. Begitupun dengan komoditas lain, yang diakumulasi secara periodik dan berkesinambungan akan dilihat besar manakan kita membeli dari asing dalam bentuk import atau menjual dalam bentuk ekport.
Mungkin tak hanya itu, jika ekport yang dilakukan oleh Indonesia dalam bentuk barang mentah, setengh jadi lebih besar dibandingkan barang jadi maka juga memiliki defisit neraca dagang. Meskipun tak hanya ini saja penyebab neraca dagang menjadi defisit, ada berupa sektor monetery dan kebijakan turut mempengaruhi, maka mudahnya kita lihat hal tersebut saja yang dekat dengan keseharian kita masyarkat awam. Kan begitu wahai sobat baku hantam ?
*Ketersedian Sumberdaya Produksi (sudat pandang mikroekonomi)
Jika sumberdaya produksi dalam mikroeconomi dapat ditulis : f(K,L,R) ; yangmana Kapital merupakan modal produksi yang dipakai seperti, alat kontruksi, mesin, bangungan gedung, gudang dan fisik lainnya. Labor merupakan tenaga kerja yang humman skill sebagai pengoprasi modal di atas, dan Rent adalah sewa tanah yang juga didalamnya terdapat sumberdaya mineral dan tambang. Indonesia memiliki hal tersebut baik dalam bentuk jangka pendek maupun jangka panjang. Produktivitas sangat lekat dengan efesiensi yang didapati tidak seperti kita memasak mie instan wahai kaum rebahan. Adanya investasi pendidikan dan pelatihan formal dan nonformal baik hard skill dan soft skill. Hingga esensi yang di hasilkan dapat memberikan dampak baik bagi semua, hal ini disebut dengan kepentingan sosial yangmana ketika pembeli mie, adalah kepentingan pribadinya karena lapar, penjual mie untuk mendapatkan untung adalah kepentingan pribadinya, bukan karena suntuk di rumah guling-guling main gadget, ataupun cek pesan watsap doi cuma di read doang. Hihi kacian.Â
Semua kepentingan pribadi yang memiliki dampak baik dan tidak ada yang dirugikan adalah kepentingan sosial. Kepentingan sosial ini diawali dari kepentingan pribadi yang diputuskan oleh individu pilihan tersebut merupakan trade off. Ketika seseorang memilih kursus mengikuti less privat bahasa inggris maka dalam waktu bersamaan dia harus mengorbankan buat menonton drama korea kasayangannya itu. Dia rela membayar uang tuk less privat tersebut dan menunda membayar langganan Netflix untuk menonton serial drama yang banyak membuat kaum hawa termehek-mehek, uang yang dikeluarkan tersebut adalah opportunity cost (biaya yang dikorbankan) untuk memperoleh sesuatu yang dianggap memiliki dampak baik secara keseluruhan.
*Scarcity yang tidak semestinya terjadi
Scarcity atau kelangkaan dalam mikroekonomi merupakan dasar terbentuknya permintaan (demand) sehingga dalam waktu konstan (short-run) menimbulkan ketersedian dan diproduksi oleh produsen dalam bentuk barang dan jasa, hal ini disebut suplai. Kelangkaan di pemberitaan bukanlah hal yang baru, seperti gas 3kg yang kita dengar, lihat, dan rasakan beberapa waktu lalu. Kelangkaan kali ini pada minyak goreng. Bukan goreng isu, ya. hehe
Kelapa sawit menghasilkan CPO dan diolah dalam beberapa jenis yang menghasilkan komoditas yang dibutuhkan rumah tangga seperti, minyak goreng, sabun, dan lainnya. Pernahkah anda mendengar pepatah ayam mati di lumbung padi? Inilah sudah kita alami. Kelangkaan minyak goreng belakangan ini menjadi tanda tanya besar. Â Kenapa tidak, pasalnya Indonesia menyuplai no 2 minyak sawit setelah Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa praktek dalam kepengelolaan urusan pasar kita belum kuat dan stabil.
Kelangkaan ini mengantarkan kita jauh kebelakang, era sebelum Sawit menjamur di Indonesia. Masyarakat di pedesaan contohnya, dalam memenuhi demand rumah tangga, mengolah sendiri dari kelapa menjadi menjadi minyak goreng yang prosesnya dilakukan secara manual. Artinya kita sudah terlalu manja dengan segala sesuatu yang instan dan serta impor.
*Surplus Market of LaborÂ
instilah market of labor (MoL) yang diartikan pasar tenaga kerja yang ditawarkan oleh rumah tangga. ketersedian ketenaga kerjaan sudah mencapai tahap lebih yang disebut dengan surplus, artinya ketersediaan lapangan kerja (demand for Labor) lebih sedikit dibandingkan yang ditawarkan. Man vs Machine karanangan Noam Choamsky mengisyaratkan kita bahwa cepatnya laju penggunaan teknologi dan perkembangannya mengalahkan produktivitas kita manusia. Siap tidak siap kita sudah masuk ke zona tersebut. benar, ada pengguran terdidik yang seringkali menciptakan permasalahan baru dalam fenomena ketenagakerjaan, akan tetapi bukanlah itu yang menjadi urgensinya, melainkan seberapa relevan dan sesuai pendidikan mereka peroleh dengan ketersediaan sumberdaya yang kita miliki, guna kelak bisa dilakukan pengolahan lebih lanjut dan menghasilkan nilai tambah daripadanya (add value), sehingga produktivitas para manusia terdidik tersebut bisa dimaksimalkan untuk mencapai outcome dalam pembangunan ekonomi.
Simpulan: Perlunya kerjasama dan menghilangkan egosentris dari berbagai pihak baik legislator dan eksekutor serta pernanan sadar akan ketersedian bahan bakuproduksi oleh masyarakat sangat diperlukan. Menciptakan kemandiarian pangan atau food scurity menjadi hal yang baik dan dibutuhkan. Adanya food estate semestinya tidak bertolak belakang dengan pengurangan dan degradasi lingkungan yang secara langsung berdampak pada depresisasi kwalitas lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan permasalahan baru.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H