Mohon tunggu...
Rolita AnandaPutri
Rolita AnandaPutri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Bergabung dengan platform kompasiana untuk menyalurkan ide-ide dalam bentuk tulisan agar bermanfaat untuk para pembaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Inklusi Gender: Kesenjangan di Era Digital

26 Februari 2024   10:19 Diperbarui: 4 Maret 2024   18:19 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Inklusi Gender: a Kesenjangan di Era Digital

Indonesia sebagai negara dengan masyarakat yang majemuk, dihadapkan pada berbagai tantangan terkait kesetaraan gender. Ketimpangan akses, representasi, dan pemberdayaan masih menjadi isu yang perlu ditangani secara serius. Di era digital yang serba cepat ini, isu gender semakin mendapat sorotan, namun juga memunculkan tantangan baru. 

Mari kita kupas bagaimana konsep gender sosial inklusi dapat menjadi jembatan untuk mengatasi kesenjangan tersebut, dengan mengaitkannya dengan beberapa isu terkini:

1. Kekerasan berbasis gender online (KBGO): Dunia maya tak luput dari bayang-bayang kekerasan. Perundungan, pelecehan seksual, dan ujaran kebencian berbasis gender marak terjadi. Inklusi gender mengharuskan platform digital memiliki mekanisme pelaporan yang efektif, edukasi tentang KBGO, dan penegakan hukum yang tegas.

2. Representasi perempuan dalam dunia kerja:

Ketimpangan gender masih terlihat jelas di bidang pekerjaan, terutama di sektor teknologi dan kepemimpinan. Inklusi gender mendorong perusahaan menerapkan kebijakan yang ramah perempuan, seperti cuti hamil yang memadai, program mentoring, dan jalur karier yang setara.

3. Akses pendidikan dan kesehatan: Perempuan di daerah pedesaan dan kelompok marjinal kerap memiliki akses yang lebih terbatas terhadap pendidikan dan kesehatan berkualitas. Inklusi gender memastikan pemerataan akses dan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan bagi semua, tanpa memandang gender.

4. Pemberdayaan perempuan di sektor informal:

Banyak perempuan Indonesia bekerja di sektor informal, yang rentan terhadap eksploitasi dan ketidakstabilan ekonomi. Inklusi gender mendukung program pelatihan keterampilan, pendampingan usaha, dan akses permodalan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di sektor informal.

5. Ketimpangan digital:

Perempuan memiliki akses dan literasi digital yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Inklusi gender mendorong program literasi digital khusus perempuan, serta keterjangkauan infrastruktur dan perangkat teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun