Ada kekecewaan tetapi juga keoptimisan. Ada teguran, tetapi juga ada kasih yang sungguh mencengangkan.
Rasa ini bercampur jadi satu. Itulah gambaran bagaimana Allah kemudian melatih kita memanfaatkan hari-hari hidup yang Ia anugerahkan bagi kita.
Kalau taat, kita beroleh berkat. Jika memberontak, kita dihukum (ayat 7-12).Â
Melalui pengalaman ini, kita kemudian belajar bahwa ada figur lain yang memegang kendali atas kehidupan manusia. Ya, Dialah Allah (ayat 1-6).
KehadiranNya kekal. Tak dapat dibatasi ruang dan waktu. Tanpa Dia, kita bukanlah siapa-siapa.Â
Karena itu, camkan baik-baik untuk jangan berlagak hebat, lalu lupa pada Dia yang memberi kita kehidupan.
Mari belajar menggunakan waktu dengan bijak. Semakin bertambah hari, semakin singkat jalan hidup kita, yang sudah Ia tentukan (ayat 12).
Jangan kemudian karena mendengar hal ini kita jadi takut. Mari optimis melihat hidup di hari depan.Â
Tuhan mampu merubah yang buruk jadi baik, yang hina jadi mulia. Putus asa jadi harapan (ayat 13-17).
Dia ada bersama dengan kita. Berita ini jadi sumber kekuatan bagi keluarga yang berduka. Tuhan tidak lepas tangan, membiarkan keluarga jalan sendiri.
Dia menemani kita hingga kita beroleh ketegaran hati, menerima dengan iklhas ketetapanNya.Â