Ada apa dengan hasil yang nihil ini? Banyak dugaan bisa muncul. Jangan sampai seruan itu tidak dihiraukan oleh yang menyerukan.Â
Atau jangan sampai kecenderungan umat mengekspresikan Natal dengan cara mereka?
Penulis tidak mau terjebak dalam dugaan yang belum terbukti di atas. Penulis justru lebih tertarik pada dampak langsung dari merayakan Natal.
Semakin merayakan Natal, semakin pula kita insaf bahwa Natal itu adalah peristiwa kasih yang paripurna, yang sesungguhnya terimplementasi dalam spirit apa adanya.
Bayi itu lahir di tempat yang minim fasilitas mewah, jauh juga dari gempita. Dari ruang kelahiran yang sederhana itu, berita kesukaan kini tersiar atas seluruh negeri.
Cerita ini menyadarkan kita bahwa tidak selalu yang lahir dari kehidupan mewah bisa berguna. Toh nyatanya yang sederhana saja punya kesan.
Alangkah lebih baik lagi dalam perayaan Natal ini, umat memilih tinggal di rumah, berdoa bersama, merenungkan kasih yang besar bagi dunia.
Setelah itu, silakan mengunjungi sesama, memberi salam kasih, mungkin sesekali diselingi bincang sederhana, mencairkan suasana tegang jadi bahagia, maka Natal punya dampak. Selamat siap diri hadir ada dalam malam Natal, Imanuel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H