Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lapangkan Jalan untuk Tuhan

8 Desember 2024   09:20 Diperbarui: 8 Desember 2024   10:38 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Siapakah Yohanes Pembaptis sehingga berani membaptis dan menyerukan pertobatan? 

Jika kita cermati pada Yohanes 1:6, kita mendapatkan informasi bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang yang diutus oleh Allah. 

Sedangkan dalam Lukas 1:5 disitu menjelaskan bahwa Yohanes Pembaptis adalah putra dari imam Zakharia dan Elisabet.

 Cerita tentang Yohanes dalam kitab Injil mulai dari Matius-Yohanes selalu menempati bagian awal sebelum cerita tentang Yesus. 

Mengapa hal tersebut terjadi? Tujuannya semata-mata untuk memberikan peringatan dan pertobatan terlebih dahulu kepada semua orang sebelum kedatangan Yesus Kristus. 

Hal ini tentu sejalan dengan kesaksian Yohanes 1:6 tentang Yohanes adalah seorang utusan Allah.

Selama menjalankan tugasnya sebagai utusan, Yohanes Pembaptis tidak pernah berhenti menyerukan tentang pertobatan. 

Tugas ini ia lakukan dengan total atau sungguh-sungguh. Bahkan, ia rela hidup sederhana, seperti mengenakan baju yang terbuat dari bulu unta dan berikat-pinggang sabuk kulit. 

Makanan sehari-harinya juga sederhana yakni belalang dan madu (Matius 3:4). Yohanes hidup sederhana semata-mata karena ia punya fokus diarahkan pada pekerjaan kerajaan yang dikhususkan baginya.

Di balik keberhasilan dari Yohanes Pembaptis menjalankan tugasnya, tindakannya itu kemudian dicurigai bahkan dianggap sebagai pesaing bagi para anggota Mahkamah Agama yang ada di Yerusalem. 

Menindaklanjuti hal ini maka kemudian mereka mengutus beberapa imam dan orang Lewi, yang jika mau dibilang mereka ini adalah orang terpandang saat itu yang mendapatkan tugas untuk mengumpulkan informasi tentang siapa sesungguhnya Yohanes Pembaptis itu (ayat 19).

Apa reaksi Yohanes Pembaptis ketika mereka menanyakan tentang siapa dirinya? Yohanes Pembaptis berkata jujur, tidak munafik atau menyembunyikan identitas dirinya. 

Kesannya Yohanes Pembaptis seperti tahu apa yang ada di pikiran para urusan dari Yerusalem itu karenanya ia menjawab bahwa ia bukanlah Mesias (ayat 20). 

Kita telah tahu bersama bahwa Mesias yang ada di pikiran para imam dan juga orang Yahudi adalah seorang pembebas, yang datang sebagai raja untuk kemudian membebaskan orang Yahudi dari tekanan Romawi.

Karena Yohanes Pembaptis mengakui bahwa dirinya bukan Mesias maka mereka lanjut bertanya, apakah ia adalah Elia atau mungkin seorang nabi? 

Yohanes Pembaptis lagi-lagi berkata bahwa ia bukan Elia atau juga bukan seorang nabi  (ayat 21). 

Karena Yohanes Pembaptis bukan Elia dan Nabi maka mereka lanjut bertanya tentang siapa dia supaya mereka bisa meneruskan identitas Yohanes kepada siapa yang mengutus mereka (ayat 22).

Yohanes Pembaptis kemudian membongkar identitasnya. Yohanes Pembaptis lalu mengatakan bahwa :

"Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." Kutipan ini adalah bagian dari terbuktinya nubuat dalam Yesaya 40:3-5. 

Dengan mengatakan hal ini maka Yohanes Pembaptis berani berkata bahwa melalui dirinya, Allah telah membuat rancangan yang indah atas diri Yohanes, yakni memilih dia  menjadi pembawa kabar dalam menyatakan kedatangan Yesus Kristus (ayat 23-24).


Lagi-lagi orang-orang utusan dari Yerusalem masih kurang puas karena Yohanes berani membaptis orang-orang pada saat itu. 

Pertanyaan ini mereka lontarkan semata-mata untuk meyakinkan dugaan mereka tentang Yohanes adalah Nabi atau Mesias. 

Mereka tahu bahwa sebelum Mesias datang akan ada tanda terlebih dahulu, salah baptisan sebagai bagian dari pertobatan diri umat dan juga penyambutan bagi orang-orang yang bukan dari agama Yahudi (ayat 25).

Atas pertanyaan ini, Yohanes Pembaptis lagi-lagi berkata jujur bahwa dia adalah utusan biasa. 

Semua yang ia lakukan semata-mata untuk mempersiapkan jalan bagi datangnya Yesus Kristus, Sang Mesias itu. 

Yohanes bukanlah siapa-siapa dibandingkan Yesus yang akan segera datang. Karena itu, Yohanes Pembaptis berani berkata Yohanes "Dia, yang datang kemudian dari padaku. 

Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak", ayat 26-27. Perkataan ini adalah perkataan orang yang sadar diri akan status dan tugasnya. 

Yohanes tidak mau mengambil apa yang menjadi porsi dan kemuliaan Yesus yang bisa saja ia rebut dengan perkataan dusta.

Tindakan Yohanes ini adalah tindakan sadar diri. Seorang utusan tetaplah utusan. Ia tidak lebih tinggi dari yang mengutusnya. 

Sikap ini yang harusnya jadi sikap orang percaya. Bersaksi apa adanya, tanpa melebih-lebihkan sesuatu agar kemudian jangan dicap sebagai saksi dusta. 

Selamat memasuki Minggu Adven II. Imanuel

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun