Karenanya, saya perlu memberikan apresiasi kepada pencetus Kompasiana. Gebrakannya mendirikan blog ini sesungguhnya bagian dari peningkatan mutu nalar dan ingatan seseorang.Â
Banyak tulisan inspiratif, humor bahkan kritik terhadap banyak isu yang ada di sekitar kita.Â
Kadang kita tergelitik membaca tetapi kadang juga kening mengerut karena mencerna tulisan yang terpublikasikan di Kompasiana.Â
Menulis di Kompasiana juga telah membawa Saya pada suatu tahap penting yakni tidak muluk-muluk menyampaikan gagasan.Â
Apa yang saya tulis sedapat mungkin diupayakan agar dapat dicerna oleh semua kalangan.Â
Apalagi dengan mengusung latar belakang ilmu filsafat dan teologi, saya sadar benar bahwa dua rumpun ilmu ini masih rendah peminatnya. Tetapi ini bukan jadi alasan untuk berhenti menulis.Â
Mau bagaimanapun, ide harus tetap dinarasikan. Ilmu harus tetap dikembangkan. Dengan demikian, jalan menjadi seorang penulis otentik tetap dijaga dalam kolaborasi dengan konteks yang ada dalam masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H