Manusia cemas, lalu berdoa. Dalam doanya terselip harapan. Harapan itu menjadi daya baginya untuk tetap setia pada proses yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup tiap insan.
Biar sering berdoa, manusia kadang menemui jalan buntu. Doanya tak sesuai harapan. Mau protes pada Tuhan tetapi kita takut dikutuk.Â
Alhasil, kita hanya bisa tunduk pada semua yang Tuhan kehendaki. Manusia bisa lelah berdoa.Â
Katanya doa itu pasti dijawab tetapi jawaban itu tak kunjung datang. Anehnya, biar doa kita belum terjawab, tetapi kita masih tetap saja berdoa.
Doa ditaraf tertentu seperti sudah menjadi candu bagi semua insan beragama. Untuk itulah, kadang orang suka berujar, "doa adalah nafas hidup orang percaya".
Doa itu dijiwai sebagai relasi intim antara anak dan Bapa. Kadang Bapa menguji ketekunan anak dalam proses hidup yang pelik. Tapi Bapa tidak pernah ingkar janji.
Bapa tau apa yang akan Ia lakukan. Bapa punya 1001 cara membuat anak menemukan jalan untuk tegap berdiri. Bapa lantas berkata pada anak, "nak, jangan takut jika doamu tak kunjung ku jawab".
Anak sadar pada kerapuhannya. Biar kadang anak seperti sudah lelah berdoa, tetapi anak masih mau dekat dengan Bapa.Â
Anak hanya mau agar Imanuel, Allah Beserta Kita benar-benar Bapa aktualisasikan.
Lelah dalam berdoa itu manusiawi. Harapannya begini tetapi realitasnya begitu. Tapi toh manusia tak pernah berhenti berdoa. Manusia akan terus insaf pada jawaban Tuhan.
Jika jawaban Tuhan itu datang, manusia akan berkata : "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita", Mazmur 126:3