Januari 2010, Bali...
Inspirasi lagu ini datang ketika saya sedang menyeruput secangkir kopi di pinggir pantai Kuta. Sembari mencemaskan seseorang di Bandung yang sedang sakit, mata saya tertuju pada sebuah kejadian. Di hamparan pantai Kuta, seorang anak sedang berlari kegirangan sambil memanggil ayahnya. Sekilas terlihat anak itu memegang sebuah cangkang kerang, dan saya berasumsi kala itu jika anak tersebut sangat bahagia atas penemuannya dan ingin segera memperlihatkan pada sang ayah yang sedang duduk tak jauh dari tempat saya duduk. Tetapi mungkin karena terlalu bersemangat, anak itu tidak melihat ada gundukan pasir di depannya. Akibatnya anak itu terjatuh dengan keras, dengan dagu yang terlebih dahulu menghantam hamparan pasir pantai Kuta. Tak ayal, anak itu pun menangis dengan keras karena rasa sakit yang ia rasakan. Sang ayah yang sedang menyeruput kopi pun segera berlari secepat mungkin untuk menolong anaknya. Dari jauh saya melihat, nampak sang ayah tidak memarahi anaknya, tapi yang dia lakukan adalah memeluk anaknya dengan sekuatnya sambil berusaha menenangkan tangis anaknya...
Sore itu saya belajar sebuah kasih yang sempurna, kasih seorang ayah terhadap anaknya; Kasih BAPA surgawi terhadap saya dan kita semua. Kasih yang terungkap lewat pelukan, dan sekaan air mata yang mengalir dari pipi kita. Bahkan ketika kita jatuh karena kesalahan kita sendiri, BAPA tidak pernah memarahi kita. Yang IA lakukan adalah memeluk, menenangkan hati kita, dan menghapus air mata kita. Karena IA sangat mengasihi kita dengan seluruh jiwa dan hatiNYA...
Berikut liriknya:
Kau slalu ada di hati
terpatri di sanubari.
Kau permata hati,
kusayangi.
Ku jalan sertamu,
temani langkahmu.
Kujaga dirimu,