RNA, tidak seperti DNA dan protein, memiliki kemampuan untuk menyalin diri sendiri tanpa bantuan: asalkan bahan-bahan yang tepat telah tersedia, RNA akan merajut semuanya menjadi sebuah pesan. Pesan dari gen, yang dibuat oleh RNA, diambil oleh enzim yang juga bergantung pada RNA. Selanjutnya pesan itu diterjemahkan oleh ribosom, sebuah mesin yang mengandung RNA; dan asam-asam amino yang diperlukan untuk translasi pesan dari gen itu, diambil dan dibawa oleh sebuah molekul RNA kecil. Jadi RNA semacam katalisator yang dapat menguraikan atau menggabungkan molekul-molekul lain termasuk RNA-RNA sendiri. RNA dapat memotong-motong molekul, menyambung ujung-ujung molekul-molekul, mebuat building block sendiri, termasuk memperpanjang rantai RNA. Molekul ini bahkan dapat bekerja pada diri sendiri, memotong sebagian teksnya, kemudian menyambung ujung-ujung potongannya kembali.
Kembali kepada judul artikel, yaitu asal-muasal kehidupan. Jauh sebelum ada satu pun kehidupan di bumi, RNA telah hadir. Menurut para ilmuwan, hal itu dapat dipastikan dengan menganalisis pelbagai petunjuk seputar peranan RNA yang masih bertahan dalam makhluk-makhluk hidup dewasa ini. Namun RNA bukanlah zat yang stabil, artinya zat ini akan terurai dalam beberapa jam apabila organisme ini berada di tempat yang panas, atau mungkin mencoba untuk tumbuh lebih besar. Jika kedua hal itu yang mereka coba lakukan, maka mereka harus menghadapi bencana kekeliruan-pelapukan pesan secara cepat dalam gen-gen. Tetapi karena didesak untuk survive, melalui pelbagai cara coba-coba dan berulang kali salah, akhirnya RNA berhasil merubah dirinya menjadi zat yang lebih tangguh disebut DNA. Selain DNA, ia juga berevolusi menjadi sebuah sistem untuk membuat salinan RNA dari DNA; ini merupakan sebuah mesin yang bernama proto-ribosom.
Mesin itu harus bekerja dengan cepat tetapi juga harus akurat. Maka proto-ribosom merajut salinan-salinan genetik menjadi satu, tiga huruf demi tiga huruf. Tiap tiga huruf tersebut diberi tanda dengan sebuah label sehingga lebih mudah untuk ditemukan oleh proto-ribosom-label itu terbuat dari asam amino. Lambat laun label-label itu membentuk protein-protein dan kata yang terdiri atas tiga huruf tersebut menjadi semacam kode untuk protein, yakni kode genetik itu sendiri. Maka kemudian, lahirlah sebuah makhluk yang lebih canggih yang dapat menyimpan resep genetiknya sendiri pada DNA. Selain itu ia juga dapat membuat mesin-mesin proteinnya sendiri, dan menggunakan RNA untuk menjembatani jarak di antara mereka.
Anda ingin tahu nama makhluk itu? Namanya adalah LUCA, Last Universal Common Ancestor. Para ahli banyak yang memperkirakan LUCA seperti sebuah bakteri dan tinggalnya di kolam berair hangat, mungkin sumber air panas, atau di sebuah laguna. Bagaimana bentuk kehidupan pertama ini? Saat ini, kebanyakan makhluk mendapatkan gen hanya dari orangtuanya masing-masing. Tetapi itu tidak berlaku untuk LUCA. Ia mendapatkan gen dengan cara melahap bakteri lain-tidak mustahil dahulu kala perampokan gen secara besar-besaran mudah dijumpai di mana-mana. Menurut para ilmuwan, jauh di masa lampau kromosom amat banyak dan berbentuk pendek-pendek, masing-masing hanya terdiri atas satu gen yang dapat hilang dengan mudah atau diperoleh dengan mudah pula. Oleh sebab itu, gen-gen yang kemudian terdapat dalam tubuh manusia mungkin berasal dari sekian banyak "spesies" yang berbeda.
Selama ini buku-buku ajar mengatakan bahwa makhluk hidup pertama adalah semacam bakteri, sel-sel sederhana dengan salinan tunggal kromosom cincin, dan makhluk hidup yang lain terbentuk karena kelompok-kelompok bakteri bersekutu membentuk sel-sel yang lebih kompleks. Pandangan ini berubah drastis ketika tiga ilmuwan Selandia Baru mempublikasikan temuan mereka pada tahun 1998. Mereka mengatakan organisme pertama tidak seperti bakteri; mereka tidak tinggal di sumber-sumber air panas atau di celah-celah ventilasi vulkanik dasar laut. Mereka jauh lebih mirip dengan protozoa, dengan genom-genom yang terfragmentasi dalam beberapa kromosom linier, bukan kromosom cincin, dan bersifat "poliploid"-yakni, setiap gen dilengkapi dengan beberapa salinan cadangan yang berguna untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan "pengucapan".
Cerita yang melawan arus ini didukung oleh "fosil-fosil" molekuler-yakni serpihan kecil RNA yang berkeliaran di dalam inti sel manusia, mengerjakan hal-hal tidak perlu seperti saling merekatkan diri ke luar gen menjadi RNA pemandu, RNA lengkung, RNA intikecil, RNA butir inti kecil, dan intron yang mampu menyambung-nyambungkan sendiri. Tidak seperti dunia bakteri yang sarat dengan persaingan, manusia-termasuk semua hewan, tumbuhan, dan jamur-tidak pernah tergoda untuk mencemplungkan diri ke dalam atmosfer persaingan yang super ganas, apalagi sampai harus menyederhanakan diri supaya lebih gesit. Manusia-dan makhluk lain yang baru saja saya sebutkan-lebih menikmati hidup sebagai makhluk yang kompleks, dengan gen sebanyak-banyaknya, daripada menyederhanakan diri yang harus dibayar dengan melepaskan sejumlah kenikmatan.
Anda tentu mempertanyakan seperti apa contoh sederhana yang dapat menceritakan proses terbentuknya struktur manusia dari organisme yang sederhana menjadi lebih kompleks. Gen-gen dalam sel pada jari kelingking Anda adalah turunan langsung molekul-molekul replikator pertama. Gen itu sampai pada tubuh manusia melalui suatu rantai penyalinan sepanjang puluhan miliar yang tak pernah putus. Selain itu ia juga harus melalui miliaran kesalahan penyalinan. Jadi jika hari ini Anda masih memiliki jari kelingking, Anda haruslah bersyukur karena ia telah membawa informasi digital tentang perjuangan hidup yang pernah ia alami jauh di masa yang lampau. Jika ia bisa berbicara pada Anda, ia akan menceritakan masa-masa pahitnya ketika ia nyaris gagal menjadi jari kelingking. Tentu tak dapat dibayangkan bagaimana bentuk kelingking manusia jika gen-gen kelingking yang belum selesai itu menyerah atas kesulitan demi kesulitan yang ia alami. Bisa jadi kelingking Anda tersebut akan lebih menyerupai cuping telinga daripada bentuk kelingking yang sekarang ini.
Sekarang Anda boleh menarik nafas panjang setelah informasi yang begitu panjang dan menjemukan yang baru saja Anda baca. Saya yakin Anda pasti menyukai bagian ini. Semua kehidupan pada dasarnya satu-you see? Feels good, right?-itu jelas merupakan fakta empiris, demikian penuturan Erasmus Darwin. Ini mengandung arti bahwa di bumi ini hanya ada satu penciptaan, suatu peristiwa tunggal yang merupakan awal kehidupan. Bagaimana bentuk peristiwa tunggal tersebut? Ada yang mengatakan melalui ex nihilio. Ada yang mengatakan kehidupan dimulai oleh sebuah ledakan besar di luar angkasa. Bahkan ada pula yang mengatakan kehidupan dilahirkan di planet lain, lalu benihnya ditaruh di bumi ketika ada pesawat ruang angkasa yang kebetulan bertandang ke bumi. Tetapi sejatinya, semua kehidupan pada dasarnya satu, yaitu terletak pada peran penting RNA, senyawa kimia pada kehidupan paling awal di planet bumi, dan kenyataan bahwa makhluk besar bersel tunggal mungkin merupakan nenek moyang bakteri, bukan sebaliknya.
Apa yang harus kita katakan sebagai orang Kristen yang mempercayai penciptaan melalui ex nihilio, jika ada ilmuwan menghampiri Anda dan menyatakan rumput laut adalah sepupu jauh kita dan kuman antraks adalah salah satu kerabat yang lebih canggih daripada manusia. Well, saya tinggalkan pertanyaan tersebut untuk Anda jawab sendiri. Adios!
Daftar Pustaka
- Boldmer, Walter dan Robin McKie. The Book of Man. Little Brown, 1994.
- Online Mendelian Inheritance in Man (OMIM), www.ncbi.nlm.gov/omim
- Riddley, Matt. Genom, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
- Strachan Tom dan Andrew Read. Human Molecular Genetics. Bios Scientific Publishers, 1996.
- Weaver, Robert dan Philip Hendrick. Basic Genetics. William C. Brown, 1995.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H