Bilamana MT tersebut menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan, akan langsung diganjar dengan posisi middle manajerial (mulai Supervisor hingga Manager). Sekadar gambaran, struktur level jabatan biasanya seperti ini: tenaga kontrak/outsourcing -> staff -> kepala regu -> supervisor -> asissten Manager -> Manager -> General Manager -> Direktur -> Presiden Direktur / Direktur Utama.
Sedikit mirip, bilamana anda mengikuti Akmil (Akademi Militer) dan setelah lulus langsung berpangkat Letda (Letnan Dua). :D
Namun juga harus di ingat, bahwa ada juga yang tidak mampu menyelesaikan program MT-nya. Hal ini biasanya dikarenakan beratnya pekerjaan yang harus dilakukan. Alasan lain yang terbanyak adalah attitude (sikap) yang kurang baik dari MT itu sendiri. Adanya politik kantor juga kadang mempengaruhi karir MT. Khusus untuk Politik Kantor, bagi perusahaan yang telah memiliki KPI hal ini telah dapat ditekan seminimal mungkin.
Beberapa nama terkenal hasil program MT di perbankan adalah Robby Djohan, Arwin Rasyid, Laksamana Sukardi (citibank), Peter B. Stok (ppe bank niaga), Agus Martowardoyo (mt citibank), Rudi Hamdani (map bii), Sigit Pramono (mt ex.bank exim), Krisna Wijaya (lps ex. bri) hingga Burhanuddin Abdullah (pcpm bi). Kalau di dunia Perbankan, MT Citibank adalah "kawah candradimuka" perbankan Indonesia. Sedangkan untuk dunia manufaktur, Astra adalah biangnya.
Nah, semoga tulisan saya dapat memberikan pencerahan dan pemahaman. Bahwa MT sangatlah jaaaaaauuuuuuhhhh berbeda dengan penjaga toko. Sehingga kesimpulan akhirnya, harga sarjana kita tidaklah semurah yang dibayangkan.
Ada yang berminat menjadi MT?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H